Tantangan mobil nasional untuk menjadi raja di negeri sendiri memang masih besar. Bukan saja karena sebagian besar konsumen Tanah Air masih memfavoritkan kendaraan-kendaraan buatan asing, melainkan pula belum memadainya dukungan finansial dan regulasi dari pemerintah.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asia Nusa) Ibnu Susilo, pihaknya memang kesulitan mengenalkan mobil kreasi anak bangsa kepada masyarakat luas, terutama karena masih rendahnya tingkat kepercayaan terhadap produk dari negeri sendiri. Tidak jarang, kata Ibnu, masyarakat menganggap teknologi buatan Indonesia belum canggih.
Rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas mobil nasional itu tidak lantas membuat para produsen pesimistis. Sebaliknya, mereka menjadikan hal itu sebagai tantangan untuk membuktikan bahwa produk dalam negeri pun memiliki kompetensi tinggi. "Kami akan tetap optimistis dan berupaya agar Indonesia benar-benar memiliki produknya sendiri, bukan sekadar mobil made in Indonesia," tegas Ibnu yang pernah mendesain pesawat terbang buatan PT Dirgantara Indonesia, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dilihat dari kapasitasnya, saat ini mobil nasional yang dibuat kebanyakan berupa kendaraan mikro dengan kapasitas mesin di bawah 1.000 cc. Kendati demikian, fungsi mobil tersebut tetap optimal, dan ke depannya ditargetkan menjadi kendaraan angkutan bagi polisi dan petugas pemadam kebakaran, serta moda pengangkut barang di pasar.
Salah satu contohnya adalah Komodo. Mobil yang sengaja dibuat sebagai kendaraan off road itu berdesain pesawat terbang, memunyai rangka yang ringan namun kokoh, serta dapat melindungi penumpang dari berbagai kondisi, termasuk kondisi ekstrem. Selain pengembangan desain, hal yang mesti diperhatikan adalah inovasi teknologi. Untuk membuat produk yang berteknologi tinggi, diperlukan dukungan para ahli teknologi otomotif dan para teknisi dalam merekayasa dan menganalisis rancangan yang dibuat.
Tidak dimungkiri, saat ini pembuatan mobil nasional belum 100 persen menggunakan komponen lokal. "Saat ini, setidaknya masih ada 30 persen komponen dari luar negeri yang digunakan untuk membuat mobil nasional. Namun, secara bertahap kami akan berusaha agar semua komponen untuk pembuatan mobil nasional berasal dari dalam negeri," ujar Ibnu.
Apabila hal tersebut dapat terealisasi, peluang menciptakan industri otomotif nasional yang mandiri dinilai bakal lebih besar. Apalagi jika rencana pemerintah melalui Kementerian Perindustrian menyediakan kendaraan angkutan umum murah untuk masyarakat perdesaan dapat terlaksana. Kabarnya, kendaraan tersebut bakal dapat dinikmati masyarakat pada tahun depan.
Untuk mengembangkan program mobil rakyat itu, pemerintah menyiapkan anggaran 144 miliar rupiah. Nantinya, kendaraan dengan kapasitas mesin 650 cc tersebut dibanderol harga 30 juta rupiah per unit. Sementara itu, untuk memproduksi mobil tersebut, kabarnya pemerintah tidak hanya menggandeng produsen lokal, tetapi juga pihak asing yang memiliki teknologi lebih canggih sehingga mampu menawarkan harga lebih murah.
Mengenai kabar tersebut, Ibnu mengatakan pada dasarnya para produsen lokal tidak menuntut terlalu banyak. "Kami menginginkan adanya perlindungan pasar dari pemerintah," kata dia. Ibnu lantas memberi gambaran, industri otomotif di Eropa dan Jepang pada awalnya mesti berjuang pula dari nol. Namun, lama-kelamaan, dengan privilege mendapatkan perlindungan dari negara, industri otomotif di kedua kawasan itu semakin berkembang pesat. (fan/E-2) - Koran Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar