PERJALANAN panjang untuk mewujudkan mobil nasional di Tanah Air memang berliku. Sudah ada banyak pihak yang mecoba membuatnya, mulai dari kalangan sekolah menengah kejuruan (SMK), perguruan tinggi, hingga dari kalangan industri. Hasilnya, antara lain kita bisa menyebutkan mobil Arina (Armada Indonesia), mobil mikro yang dikembangkan oleh Universitas Negeri Semarang (Unnes) dengan Departemen Perindustrian. Contoh lain, Rosa Van 1.5i, buatan SMK Negeri 6 Malang. Mobil ini memakai mesin Timor yang disokong dengan sasis dari Toyota Hiace.
Sementara itu, SMK Negeri 10 Malang membuat Zhangaro, sebuah mobil pikap dengan sasis Mitsubishi Colt T 120 SS, tahun 2003, gearbox dari Mitsubishi colt T 120 SS dan transmisi 5 speed dari Suzuki Vitara, headlamp dari Daihatsu Grand Max i, stop lamp dari Daihatsu GT.
Masih ada lagi mobnas, seperti Tawon, Komodo bahkan Beta 97 MPV yang rencananya diluncurkan oleh Grup Bakrie. Kini, salah satu BUMN, yakni PT Inka men jalin kerja sama dengan PPPPTK (Pusat Pengem bangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) untuk mem produksi mobil nasional dengan nama GEA (Gulirkan Energi Alternatif). Kehadiran mobil GEA ini memang memanfaatkan momentum akan kebutuhan kendaraan baru dengan harga di bawah Rp 70 juta.
Kenaikan permintaan mobil sebanyak 700-ribuan per tahun dan sepeda motor 7 jutaan per tahun menjadi cermin adanya mobilitas penduduk yang semakin meningkat.
Secara global, di Eropa tren kebutuhan pada kendaraan kecil memang semakin meningkat. Di kawasan Asia Tenggara, juga mulai menunjukkan kebutuhan akan kendaraan kecil yang hemat BBM dan murah.
Tuntutan ini tidak lepas dari dorongan kenaikan harga minyak dunia, kepadatan lalu lintas, kebutuhan mobilitas, dan kenaikan income per capita.
Tonggak Awal Karenanya, tahun 2011 diharapkan menjadi tonggak awal sekaligus arah menuju industri otomotif Indonesia yang mandiri dan kreatif dengan mewujudkan pengembangan mobil mikro (650 CC). Langkah ini mengarah pada kemandirian industri nasional, dan mengurangi defisit neraca pembayaran.
Dalam perencanaan, di tahun 2011 ini pula dilakukan peluncuran program dan proto tipe, tahun 2012 mulai perakit perakitan dengan dukungan APBN APBN yang dibutuhkan, menggunakan peralatan produksi mobnas yang ada di PT Inka, juga peralatan jaringan industri komponen dengan memproduksi 1000 unit dengan menggunakan mesin dari China.
Tahun 2013 komersialisasi program kendaraan angkutan umum murah. Di sini, dibutuhkan investasi swasta murni berupa perakitan, komponen dan jaringan SSS (sales, service, spare parts). Juga kerja sama swasta dan BUMN pada proses manufaktur dan jaringan pernjualan serta purnajualnya.
Di tahun 2014 sudah berani mencanangkan produksi 6000 unit mobil hasil karya putra bangsa yang menggunakan komponen total mesin dan transmisi buatan dalam negeri, sebagai bentuk riil mobil nasional. Mobnas ini menggunakan mesin 650 CC 2 silinder dan bodi dari fiber antikorosi.
Untuk mewujudkan itu semua, Dr Ir M Harly MT dari PPPPTK/VEDC Malang yang juga tim ahli dari PT Inka mengelompokkan proses pekerjaan yang tebagi dalam tiga langkah.
Pertama, membuat komponen yang statik dan mudah teknologinya. Ini diserahkan kepada industri kecil menengah (IKM) seperti pembuatan spion, dan lampu.
Kedua, pihak yang bertanggungjawab untuk pembuatan komponen yang dinamik. Terdapat kesulitan yang lebih tinggi dan ditangani IKM yang sudah maju atau punya teknologi tinggi.
Ketiga, sudah mengarah pada tingkat asembling, dan ini ada di PT Inka. Pada tingkatan ini, melibatkan murid-murid SMK yang magang di PT Inka. Implementasi pemberdayaan klaster di antaranya melibatkan IKM Pasindo Pasuruan untuk pembuatan tangki, muffler, manifold, piping, battery, bracket, rear axle (68 items).
IKM Aspillow dari Sidoarjo untuk pembuatan kursi, handle, engsel, door regulator, brake, coil spring, spring seat, hose & clamp ( 48 item). IKM Malang berupa GFRP body, asesories interior. Sementara pintu ditangani PT Nusa Indah yang sudah berpengalaman dalam pembuatan karoseri, serta PT Stanly untuk cable warness dan ECU sebanyak 5 item.
Secara lengkap, pengembangan klaster melibatkan berbagai komponen yang semuanya mengarah pada forum klaster dengan PT Inka GEA sebagai industri inti. Di sini lebih terinci lagi melibatkan perguruan tinggi, seperti Poltek, VEDC, Pusat Desain, Pusat Studi & Riset Otomotif, Lembaga Riset (Puspitek, BPPT, LIPI, Badan Litbang, Balai Besar ), industri pendukung IKM (Tegal, Pasuruan, Sidoarjo , Malang, Solo), lembaga mediasi finansial (leasing, permodalan, investasi, asuransi), lembaga/asosiasi pendukung (Astra Ventura, GIAM, IATO, PPPPTK/VEDC), pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Diknas dan pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Perindustrian, Dainas Perhubungan, Dinas Perdagangan, dan Dinas Koperasi.
Perencanaan pembuatan mobnas sudah digulirkan. Harapannya, program ini sukses, dan nasibnya tidak seperti industri pesawat terbang Nurtanio yang menjelma menjadi PT Dirgantara Indonesia. Menanjak dan kemudian tidak ada gaungnya lagi. (Wiharjono-24) - Suara Merdeka Pressmart
0 komentar:
Posting Komentar