ASIANUSA singkatan dari ASOSIASI INDUSTRI AUTOMOTIF NUSANTARA dimana anggotanya terdiri dari produsen 'Micro Car' dan Mesin Penggerak di seluruh Indonesia.



Ada Aturan Mobil Murah, Produsen Mobnas Merasa Dikadali

Syubhan Akib - detikOtoPemerintah baru saja mengeluarkan aturan terkait mobil murah melalui peraturan pemerintah No 41 tahun 2013. Namun sayang, di aturan itu tidak ada yang secara khusus membahas proteksi terhadap mobil nasional atau angkutan murah pedesaan yang dulu pernah dibicarakan.

Dahulu pemerintah menurut Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi Asosiasi Automotive Nusantara (Asia Nusa) Dewa Yuniardi pernah menjanjikan akan memproteksi merek-merek lokal yang dalam beberapa tahun terakhir mencoba untuk muncul.

Selain itu, rencana angkutan murah pedesaan juga pernah disiapkan agar para petani dan masyarakat desa bisa mendapat kendaraan.

"Tapi di PP yang baru itu, kita tidak melihat dua hal tadi dibicarakan," kata Dewa.

Malah, pembagian kelas mesin antara merek lokal dan asing yang awalnya pernah dibahas --lokal dijanjikan akan diberikan segmen 750 cc ke bawah dan asing akan diberikan 1.000-1.200 cc-- tidak lagi ada.

"Yang ada malah tulisan 'sampai dengan 1.200 cc', kalau begitu, merek-merek lokal yang mesinnya kecil kan dipaksa harus tarung bebas dengan asing. Ini kita seperti digiring untuk masuk rimba belantara, karena mereka (merek asing) akan bebas masuk ke segmen kita," ujar Dewa.

Sementara ketika membahas masalah angkutan murah pedesaan, Dewa mengatakan kalau dahulu program ini sudah dibicarakan secara panjang lebar, tapi ternyata tidak pula termuat di PP tadi.

"Dulu bahasannya sudah panjang. Tapi sepertinya pemerintah sudah lupa," kata Dewa.

Lalu apakah merek-merek mobil nasional merasa dibohongi pemerintah? "Kita tidak dibohongi, tapi dikadali," tuntas Dewa.


Syubhan Akib - detikOtoProgram mobil murah yang baru saja dikeluarkan pemerintah membuat senang para produsen mobil asing. Namun, bila ditilik lebih dalam, maka ada potensi pendapatan negara yang hilang akibat kebijakan itu.

Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi Asosiasi Automotive Nusantara (Asia Nusa) Dewa Yuniardi menuturkan kalau ada potensi kehilangan triliunan rupiah akibat kebijakan ini meski dia mengakui ada sisi positif seperti terserapnya banyak tenaga kerja baru. Saat ini pajak PPnBM yang dikenakan di Indonesia mencapai 10-75 persen.

"Pertama-tama dalam regulasi LCGC ini kan disebutkan kalau mobil-mobil 1.200 cc ke bawah dengan syarat tertentu pajak PPnBM hilang, jadi 0 persen. Kita lihat lagi, potensi segmen ini mencapai 600.000 per tahun," kata Dewa.

"Misalnya saja kita hitung PPnBM 30 persen. Kalau harga mobilnya Rp 50 juta saja, maka pajaknya bisa Rp 15 juta. Nah, kalikan saja Rp 15 juta tadi dengan potensi 600.000 unit. Itu banyak sekali. Padahal kan harga mobil merek asing tidak ada yang Rp 50 juta," lugasnya.

"Kalau kita menggunakan hitungan tadi, maka ada opportunity loss sampai Rp 9 triliun," cetusnya lagi.

Karena itulah, Asia Nusa menurut Dewa tidak sepakat adanya intensif seperti ini di tengah APBN yang masih kecil.

Terlebih, kalau kita melihat peraturan pemerintah No 41 tahun 2013 yang mengatur hal ini, mobil-mobil dengan bahan bakar alternatif malah masih dikenai pajak.

"Itu kan artinya, kendaraan berbahan bakar alternatif masih dianaktirikan. Tidak ada visi untuk masa depan, padahal kalau mau lepas dari minyak bumi ya harus dimulai dari sekarang," tuntasnya.

Dewan Energi Nasional

Kebijakan Mobil Murah Dinilai Salah Arah

suarasurabaya.net - Dewan Energi Nasional menilai keluarnya mobil murah ramah lingkungan Low Cost and Green Car (LCGC) hanya akan memboroskan dan menghabiskan energi fosil yang saat ini mulai langka.

"Harusnya jangan bikin mobil murah, tapi transportasi yang murah," kata Prof Muhtasor PhD, anggota Dewan Energi Nasional pada suarasurabaya.net, Kamis (6/6/2013).

Guru Besar dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya ini mengatakan, transportasi murah tidak harus dengan adanya mobil murah.

Apalagi, konsep mobil murah yang saat ini dikembangkan pemerintah hanya murah ketika membeli mobil. Sedangkan konsumsi bahan bakar akan semakin mahal.

"Dengan mobil murah, orang akan beramai-ramai beli mobil, kemacetan akan semakin panjang. Artinya konsumsi bahan bakar akan mahal," kata dia.

Indonesia, harusnya meniru beberapa negara yang terus mengembangkan transportasi murah dengan cara memperbaiki transportasi massal.

Muhtasor menilai, konsepsi mobil murah ini bukti jika kebijakan pemerintah sering tidak sejalan dengan kebijakan lainnya.

Mobil murah ini, dari sisi industri mungkin menguntungkan, namun akan menghancurkan dari sisi kebijakan hemat energi yang saat ini juga disuarakan pemerintah.

Dengan adanya mobil murah, bukan tidak mungkin pemain energi dunia ikut bermain sehingga ketergantungan akan bahan bakar fosil semakin tinggi. Akibatnya, harga BBM juga semakin mencekik. (fik/ipg)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Dewa Yuniardi - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan