ASIANUSA singkatan dari ASOSIASI INDUSTRI AUTOMOTIF NUSANTARA dimana anggotanya terdiri dari produsen 'Micro Car' dan Mesin Penggerak di seluruh Indonesia.



INOVASI DAN TECHNOPRENEURSHIP


by Ferry Dzulkifli Latief on Saturday, 07 May 2011 at 05:26
(dimuat di Koran Jurnal Nasional - 5/5/2011)

Beberapa minggu yang lalu saya menonton laporan bernada informasi komersial (inforial)  di salah satu televisi swasta nasional yang mengangkat gelar hasil inovasi yang dilakukan oleh PT. Semen Gresik, Tbk. Sebagai industri nasional yang menguasai pasar semen dalam  negeri, manajemen Semen Gresik berkepentingan untuk mempertahankan keunggulan  melalui pengembangan bisnis yang inovatif baik di sisi produk maupun proses.

Sebelumnya,  kira-kira empat bulan lalu, saya diundang oleh teman untuk mengikuti demo dan  drive-test Komodo, sebuah kendaraan jenis penjelajah  dengan  kapasitas (cc) kecil yang dibuat oleh para engineers dalam negeri. Menurut Ibnu Susilo, sang pembuat kendaraan ini, Komodo merupakan buah kerja keras dirinya dan rekan-rekannya untuk bisa tetap berkaryadi bidang teknologi setelah keluar dari PTDI. Saat ini PT. Fin Komodo Teknologi, perusahaan  pembuat mobil Komodo telah memasuki fase bisnis, dimana teknologi yang dikembangkan telah siap dipasarkan.

---------------------------------------------

Dalam tulisan ini inovasi menjadi kata kunci pertama. Kosa kata ini memberikan arti terhadap pertumbuhan, kemajuan dan daya saing bagi organisasi yang menginternalisasi dan mengimplementasikannya dalam kerja secara berkelanjutan. Dalam bukunya yang berjudul “Innovation and Entrepreneurship”, Peter F. Drucker menjelaskan bahwa inovasi merupakan kerja sistematis yang merubah sesuatu sehingga bernilai tinggi pada pasar yang ditargetkan. Dalam sebuah perusahaan,  meskipun  inovasi bukanlah faktor tunggal namun merupakan faktor yang paling signifikan dalam  mempengaruhi kinerja perusahaan.

Setidaknya terdapat tiga hal dalam inovasi, yang pertama adalah adanya tindakan yang sistematis dan berkelanjutan. Inovasi diyakini dilakukan untuk meciptakan perubahan yang berkesinambungan. Perubahan sendiri tidak hanya dijalankan atau tercipta pada satu unit atau saja komponen saja. Adalah terlalu mahal bila inovasi dilakukan hanya untuk untuk merubah atau melibatkan satu unit dalam sebuah organisasi.

Kedua, inovasi dilakukan untuk menciptakan nilai tambah. Penciptaan nilai tambah dapat diberikan kepada pelanggan, karyawan, manajemen, pemegang saham dan bahkan  masyarakat sebagai bagian dari stakeholder. Perusahaan selain memiliki tugas untuk menciptakan keuntungan (profit), mereka juga memiliki tanggungjawab secara sosial kepada masyarakat (people) dan tanggungjawab lingkungan (planet) untuk terjadinya kesinambungan operasi.

Ketiga, inovasi dilakukan harus berorientasi pada pasar. Inovasi dilakukan bukan hanya untuk menjawab satu bagian pada satu waktu saja. Inovasi dilakukan dalam proses yang menjamin agar inovasi berikutnya tetap dapat dilakukan. Sesuatu yang diyakini dapat membuat inovasi berkelanjutan adalah bila terjadi komersialisasi produk inovasi.

---------------------------------------------

Kata kunci kedua adalah Technopreneurship. Kombinasi teknologi dan kewirausahaan mendorong terciptanya kemakmuran ekonomi. Teknologi yang pada awalnya dikembangkan untuk memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi manusia, dewasa ini semakin berkembang  bukan hanya karena solusi yang ditawarkan namun  teknologi sendiri adalah sebuah bisnis.

Teknologi dimanifestasikan ke dalam produk, proses dan sistem baru termasuk pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan fungsionalitas yang bisa diproduksi lagi. Dengan demikian technopreneurship tidak hanya terjadi pada bisnis hard-technology namun juga soft-technology.

Karena terkait dengan kebaruan dari teknologi yang dihasilkan  agar dapat menjadi sesuatu yang marketable, maka diperlukan inovasi pada teknologi itu sendiri. Beberapa riset empiris (Dodgson, Gann dan Salter, 2008)  ditemukan bahwa :
  • Industri dengan teknologi tinggi tumbuh lebih dari dua setengah kali lebih cepat daripada industri manufaktur kebanyakan.
  • Nilai perdagangan barang berteknologi tinggi meningkat dua kali lipat.
  • Inovasi teknologi berperan sangat signifikan dalam tranformasi ekonomi di negara-negara Asia timur.
  • Pengembalian investasi di sektor R&D secara konsisten dinyatakan masih tinggi , yakni masing-masing sebesar 56 persen berupa social returns dan 25 persen berupa private returns .
Technopreneurship mampu mendorong kegiatan bisnis yang baik yang menghasilkan  maupun yang menggunkan teknologi untuk menciptakan ekonomi  yang bernilai tambah lebih tinggi bahkan lebih berdaya saing.

---------------------------------------------

Pemerintah sendiri sebagaimana disampaikan dalam ceramahnya pada Kuliah Umum di kampus ITS akhir tahun lalu, Presiden berkomitmen untuk mendorong pengembangan inovasi dan pengembangan technopreneurship. Setahun lalu kita telah memiliki Komite Inovasi Nasional (KIN) yang terbentuk bersamaan dengan Komite Ekonomi Nasional (KEN). Kehadiran kedua lembaga ini sangat relevan guna menjawab isu-isu inovasi dan kewirausahaan.

Biarpun terbentuknya kedua lembaga ini diprakarsai oleh pemerintah namun yang perlu diperhatikan adalah -sebagaimana pengalaman-pengalaman di banyak negara- pelaku terbanyak inovasi dan kewirausaahan adalah sektor swasta. Peran pemerintah tetap penting khususnya dalam menyemai semangat di kalangan birokrasi dan perbaikan layanan, seperti yang disebut oleh David Osborne sebagai 'reinventing government' (terjemahan bebas sesuai bukunya -mewirausahakan birokarasi).

Salah tugas KIN ialah membantu pemerintah dalam menyusun Sistem Inovasi Nasional. Di negara-negara maju Sistem Inovasi Nasional telah mampu menuntun untuk tercipatanya kebijakan-kebijakan yang pro peningkatan daya saing seperti kebijakan di bidang pendidikan, ekonomi, riset dan pengembangan teknologi serta industri dan perdagangan.

Di Indonesia, kita memerlukan adanya kebijakan spesifik dalam Sistem Inovasi Nasional yang mampu mendorong pengembangan inovasi dan technopreneurship secara nasional. Kebijakan-kebijakan itu diantaranya adalah kebijakan klaster industri. Klaster industri industri sebagaimana diketengahkan oleh Michael Porter mampu meningkatkan daya saing produk dalam lingkungan geografis tertentu dengan menciptakan kolaborasi diantara pelaku yang berbeda.

Kemudian, kedua, pengalokasian insentif fiskal. Kebijakan berupa tax credit pada kegiatan R&D mampu menjadi daya tarik agar perusahaan atau organisasi bersedia melakukan belanja R&D yang dapat memicu keinovasian.

Ketiga, kebijakan menarik investasi di sektor R&D. Kebijakan ini mampu membuat Vietnam menjadi salah satu pusat pengembangan mikroprosesor Intel serta  China dan India menjadi salah satu pusat pengembangan produk ABB, salah satu perusahaan terbesar di bidang teknologi automasi dan listrik berpusat di Swiss.

Keempat, kebijakan yang dapat mendorong terwujudnya kemitaraan segitiga antara pemerintah, industri dan perguruan tinggi. Di Beberapa negara Model Triple Helix telah terbukti meningkatkan sinergi  dalam inovasi tekonologi.

---------------------------------------------

Kita bisa bayangkan kedepan apa yang dilakukan oleh PT. Semen Gresik dan Ibnu Susilo dengan Komodo nya dapat segera dilakukan oleh banyak perusahaan dan pribadi karena tersedianya iklim yang sehat untuk berusaha dan berinovasi. Bila ini terwujud, tugas pemerintah akan lebih ringan karena akan ada lebih banyak perusahaan dan entrepreneur yang bisa mewujudkan kemakmuran.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Dewa Yuniardi - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan