Mobil Tawon saat Pameran Industri Permesinan dan Alat Transportasi di kantor Kementerian Perindustrian Jakarta Selatan, Selasa (25/9). |
Prioritas - Tenda biru putih mulai memudar,
lebih mirip tenda hajatan. Tegak terpasang di sudut halaman kantor
Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Dibawah tenda tersebut terparkir
tiga buah mobil keluaran Tawon Mobil Industri. Mobil mungil berwarna
coklat dengan merek Tawon adalah kelas city car, lalu sebuah mobil
varian minibus berwarna kuning dan juga mobil pick up berwarna hitam.
Pekan lalu, Kemenperin mengadakan
Pameran Industri Permesinan dan Alat Transportasi di kantor Kementerian
Perindustrian Jakarta Selatan. Dari 47 peserta, 21 diantaranya adalah
perusahaan alat transportasi roda tiga dan empat. Tawon termasuk
perusahaan alat transportasi yang menjadi salah satu peserta pameran.
Koentjoro Njoto, CEO PT Super
Gasindo Jaya yang membawahi Tawon Mobil Industri mengklaim mobil yang
mereka buat seratus persen karya anak bangsa dan dirakit dengan komponen
berkualitas utama. “Kami ingin industri otomotif dalam negeri bisa
menjadi raksasa,” katanya, Selasa pekan lalu.
Masih dalam pekan yang sama,
pameran otomotif Indonesia International Motor Show (IIMS) ke-20 digelar
di Gedung Pusat Niaga Jakarta International Expo, Kemayoran. Bak bumi
dan langit, pameran otomotif ini diikuti ratusan peserta dengan
pengunjung hingga puluhan ribu. Ratusan model kendaraan dari berbagai
merek dipajang disana. Mobil-mobil keluaran terbaru hingga yang berupa
prototype ada disana. Termasuk juga Agya-Ayla, mobil kembar terbaru
keluaran Astra Toyota dan Astra Daihatsu dipajang di stand Toyota dan
Daihatsu.
Sejatinya Tawon serta Agya-
Ayla adalah kendaraan dalam satu kelas yakni Low Cost Green Car (LCGC)
atau mobil murah dan ramah lingkungan. Bedanya bila Tawon adalah merek
lokal sementara Agya-Ayla adalah merk Jepang.
Mobil murah dan ramah
lingkungan memang sudah lama dijanjikan pemerintah. Dewa Yuniardi, Ketua
Bidang Pemasaran dan Komunikasi Asosiasi Industri Automotive Nusantara
(Asia Nusa) mengaku pernah mengajukan permohonan pada pemerintah agar
diijinkan bermain dikelas LCGC dengan kapasitas mesin dibawah 1000 cc.
“Sekitar tiga atau empat tahun lalu. Tapi pemerintah mengajukan syarat
supaya kami berproduksi minimal 3000 unit per bulan. Kami nyerah,”
ujarnya ketika berbincang dengan Prioritas, Selasa pekan lalu.
Kemunculan bayi kembar
Agya-Ayla tak mengagetkan bagi Dewa yang memproduksi Fin Komodo, mobil
merek lokal pada kelas yang sama dengan Agya-Ayla. Sejak pemerintah
meminta syarat jumlah produksi per bulan, Dewa yakin para Agen Tunggal
Pemegang Merek (ATPM) juga akan bermain dan berupaya menguasai pasar
ini. “Mungkin pemerintah mengalami tekanan dan tak berkutik,” ungkap
Dewa.
Menariknya, regulasi tentang
LCGC ternyata belum rampung. Menurut Dirjen Industri Unggulan Berbasis
Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi ada tiga
regulasi yang akan dikeluarkan, dua diantaranya sudah selesai. Misalnya
regulasi soal insentif bebas bea masuk untuk peralatan pabrik dan
peralatan baku. Satu regulasi lainnya yang belum rampung adalah insentif
berupa pembebasan Pajak Pertambahan Nilai untuk Barang Mewah (PPnBM).
Budi menjelaskan dengan pembebasan PPnBM
membuat harga mobil semakin murah “Regulasi ini sedang dirumuskan dalam
bentuk Peraturan Pemerintah (PP). Insya Allah tahun ini keluar PP-nya,”
katanya.
Meski regulasi untuk LCGC belum rampung
tapi peminat Agya-Ayla sudah membludak. Dalam pameran IIMS, sudah ada
lebih dari lima ribu pengunjung yang memberikan tanda jadi pemesanan
kedua mobil tersebut. “Responnya ternyata bagus, tapi kami baru
menjualnya setelah regulasi rampung,” kata Johny Darmawan, Direktur
Utama PT Toyota Astra Motor (TAM).
Bagi Dewa dan Koentjoro Njoto yang
mengusung merek mobil lokal, kehadiran Agya dan Ayla seperti mematikan
impian mengembangkan industri otomotif lokal. “Sekarang harga kami tak
jauh berbeda dengan harga mereka, jika insentif untuk PPnBM jadi keluar,
maka harga mereka semakin murah, dan jelas kami tak mampu bersaing
dengan ATPM besar,” komentar Dewa sambil menghela nafas.
Tapi Budi Darmadi membantahnya.
Menurutnya mobil merek lokal bisa menggarap mobil dengan kapasitas
mesin dibawah 900 cc. Sementara produsen mobil yang ada saat ini
dihimbau agar tak masuk ke segmen mobil bermerk lokal. Namun
kenyataannya mesin yang digunakan oleh Agya dan Ayla berkapasitas asli
989 cc. Tak hanya Astra dengan Agya-Ayla, bahkan Tata, produsen mobil
dari India juga berniat memasarkan Nano, mobil sejenis dengan 624 cc.
“Jelas itu mematahkan pasar kami,” komentar Dewa Yuniardi.
0 komentar:
Posting Komentar