ASIANUSA singkatan dari ASOSIASI INDUSTRI AUTOMOTIF NUSANTARA dimana anggotanya terdiri dari produsen 'Micro Car' dan Mesin Penggerak di seluruh Indonesia.



Pemerintah Punya Proyek Mobil Klaster 4

Tawon model pick-up cocok untuk usaha
Agung Kurniawan | Bastian | Minggu, 24 Juli 2011 - JAKARTA, KOMPAS.com — Selain mempersiapkan program low cost and green car, Pemerintah Indonesia punya proyek Kendaraan Angkutan Umum Murah (Klaster 4) atau dijuluki mobil pertanian. Program ini masih dalam pembahasan dan ditujukan khusus untuk perusahaan lokal dan tidak berlaku untuk perusahaan multinasional.

Edy Putra Irawady, Wakil Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan, mengatakan, untuk mobil pertanian, spesifikasinya masih dibahas lebih lanjut. Namun, mesinnya sudah ditetapkan berkapasitas 700cc ke bawah.

"Salah satunya kami pernah membicarakan program ini dengan PT Inka (perseroan terbatas) dan memang ditujukan untuk kalangan petani," ujar Edy di Kemayoran, Jakarta Pusat, saat pembukaan pameran.

Edy melanjutkan, program ini diciptakan untuk menggairahkan industri otomotif lokal, dengan menciptakan pasar baru yang belum disentuh agen pemegang merek (APM) yang ada saat ini. Paket regulasi program ini nantinya disiapkan bersamaan dengan low cost and green car yang masuk ke pembahasan final di level menteri.

BOS IIMS 2011 MENGHINA MOBNAS

Berikut adalah tulisan dari Leo Kusuma - 27 July 2011 yang dimuat -di Kompasiana.com (http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/07/27/bos-iims-2011-menghina-mobnas/)



Kekecewaan diungkapkan oleh pihak AsiaNusa dengan menarik mundur keikutsertaan pabrikan otomotif nasional di ajang pameran bergengsi IIMS 2011. Persoalan dipicu dari sindiran Johnny Darmawan yang dianggap menghina industri mobil nasional (Mobnas) di depan pengunjung IIMS 2011. Johnny Darmawan sendiri merupakan salah satu petinggi Toyota dan sekaligus Ketua Penyelenggara pameran otomotif tersebut. Pandangan sinis tersebut bukan pertama kalinya ditunjukkan oleh Johnny terhadap kualitas karya anak bangsa. Tulisan ini saya tulis ulang sebagai wujud dukungan terhadap industri mobil nasional.

Keputusan untuk mundur dari keikutsertaan di IIMS 2011 disampaikan oleh Ketua Bidang Marketing/Komunikasi Asosiasi Industri Automotif Nusantara (Asia Nusa) Dewa Yuniardi kepada detikOto, Jumat (1/7/2011). Dewa lalu bercerita kalau langkah mundur yang terpaksa diambil oleh produsen mobil nasional itu diambil karena munculnya statement negatif dari seorang petinggi produsen mobil Jepang yang juga merupakan ketua penyelenggara IIMS 2011, Johnny Darmawan. Dalam konfrensi pers kedua IIMS pada 22 Juni silam, Johnny menurut Dewa sempat mengeluarkan candaan yang melecehkan mobnas. Saat itu, Johnny mengatakan pengunjung IIMS harus berhati-hati ketika mengetes mobil nasional karena ditakutkan ban mobil buatan anak bangsa tersebut copot.

Pandangan sinis dari Johnny Darmawan sendiri bukan pertama kali diperlihatkan kepada media. Tahun lalu, Johnny Darmawan sempat melontarkan pernyataan serupa yang mengatakan apabila “Mobnas Mimpi di Siang Bolong” (DetikOto, 24 Mei 2010). Perihal Johnny Darmawan sendiri adalah Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor Indonesia. Sosok yang cukup dekat dengan para pejabat negara. Melihat strategi pengelolaan bisnisnya, Johnny lebih tepat dikatakan representasi dari Toyota (Jepang), bukan Indonesia.

Kehadiran Johnny Darmawan dalam ‘TalkShow’ di MetroTV, Economic Challenge beberapa waktu yang lalu sempat dipertanyakan. Acara yang dipandu oleh Suryopratomo justru tidak menghadirkan perwakilan dari pihak AsiaNusa sebagai salah satu narasumber. Padahal, AsiaNusa merupakan asosiasi yang memayungi kepentingan industri mobil nasional. Selain tidak mengena pada substansi topik yang dibahas, jalannya acara pun terkesan pincang, karena istilah mobnas diwakili oleh pabrikan asal Jepang.

IIMS 2011 adalah pemeran otomotif terbesar di Asia Tenggara yang dibuka oleh Menteri Perindustrian RI dan dihadiri oleh sejumlah pejabat penting negara. Sangat disayangkan, apabila kabar atas penyataan Johnny Darmawan tersebut tidak direspon oleh satu pun pejabat negara, bahkan termasuk anggota DPR RI. Pernyataan Johnny Darmawan sudah cukup untuk dikatakan ‘penghinaan’, karena disampaikan di depan publik (pengunjung pameran). Pernyatan tersebut, sekalipun berupa sindiran akan menciptakan kesan negatif kepada masyarakat. Artinya, atas pernyataan tersebut terdapat pihak yang berpotensi untuk dirugikan, yaitu industri mobnas di bawah naungan AsiaNusa.

Ada 3 produk mobnas yang diikutsertakan dalam pameran IIMS 2011, yaitu Tawon, Fin Komodo, dan Gea INKA. Fin Komodo sudah beberapa tahun yang lalu masuk ke jalur produksi, sedangkan untuk Tawon dan Gea INKA baru masuk produksi pada tahun ini. Langkah untuk masuk ke jalur produksi menindaklanjuti komitmen pada tahun 2010 lalu yang baru diperkenalkan kepada publik. Sebenarnya masih ada beberapa nama produk mobnas lagi, akan tetapi hanya ada dua nama produk yang masuk jalur produksi. Sangat disayangkan, karena favorit pengunjung pada pameran mobnas 2010 lalu seperti ARINA dan ESEMKA tidak masuk ke jalur produksi maupun pengembangan.

Keberpihakan pemerintah di sini memang patut dipertanyakan. Event seperti IIMS 2011 seharusnya menjadi sarana untuk memperkenalkan produksi mobil nasional. Kita bisa lihat sendiri, mobil buatan RRC, Geely Panda yang sukses dalam stand pameran Jakarta Fair 2011. Menperin RI pada tahun 2010, bahkan berjanji akan membantu pengembangan mobnas di masa depan. Sayangnya, tidak ada satupun pejabat yang hadir pada acara peluncuran perdana mobil nasional pada tanggal 17 Agustus 2010. Sebagai catatan, produsen otomotif asal Jepang sudah terlalu banyak menikmati insentif yang diberikan pemerintah Indonesia, bahkan meraup keuntungan dari rakyat (konsumen) Indonesia.

Jika pernyataan dan sikap Johnny Darmawan tidak disikapi serius oleh pemerintah dan terutama rakyat Indonesia, maka tidak tertutup kemungkinan semangat kebangkitan industri mobil nasional akan meredup dan akhirnya mati. Cukup sulit untuk menghidupkannya kembali atas sesuatu yang sudah dengan susah payah dibangun.

Topik dalam tulisan ini sudah pernah dimuat di media lain. Di sini pihak penulis hanya hendak mengulang kembali untuk dijadikan sebagai perenungan dan sikap. Tulisan ini pula diturunkan sebagai wujud dukungan moral kepada industri nasional, khususnya industri mobnas. Suatu representasi dari kegelisan sebagai bangsa yang menginginkan dirinya mampu untuk sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kemandirian perlu dicapai dengan kerja keras dan tekad yang kuat, akan tetapi kemandirian butuh dukungan moral. Jika ada dukungan, bangsa kita masih bisa mengejar dari India. Akhir kata, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai karya bangsanya sendiri.

Sekedar catatan, bahwa mobil Tata NANO berawal dari model yang sebenarnya tidak beda dengan produk mobnas seperti Gea INKA maupun Tawon. Perbedaannya, pemerintah India begitu peduli mendukung pengembangan mobil tersebut. Dikembangkanlah kemudian mulai dari desain hingga teknologi interior, mesin, hingga pelistrikannya. Ditambahkan lagi dukungan dari rakyat India, tidak mengherankan apabila Tata NANO masuk ke jajaran mobil Eropa.

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai karya bangsanya sendiri”

Leo Kusuma - Yogyakarta, 27 Juli 2011 (kompasiana.com)

Berharap Jadi Raja di Negeri Sendiri

Tantangan mobil nasional untuk menjadi raja di negeri sendiri memang masih besar. Bukan saja karena sebagian besar konsumen Tanah Air masih memfavoritkan kendaraan-kendaraan buatan asing, melainkan pula belum memadainya dukungan finansial dan regulasi dari pemerintah.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asia Nusa) Ibnu Susilo, pihaknya memang kesulitan mengenalkan mobil kreasi anak bangsa kepada masyarakat luas, terutama karena masih rendahnya tingkat kepercayaan terhadap produk dari negeri sendiri. Tidak jarang, kata Ibnu, masyarakat menganggap teknologi buatan Indonesia belum canggih.

Rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas mobil nasional itu tidak lantas membuat para produsen pesimistis. Sebaliknya, mereka menjadikan hal itu sebagai tantangan untuk membuktikan bahwa produk dalam negeri pun memiliki kompetensi tinggi. "Kami akan tetap optimistis dan berupaya agar Indonesia benar-benar memiliki produknya sendiri, bukan sekadar mobil made in Indonesia," tegas Ibnu yang pernah mendesain pesawat terbang buatan PT Dirgantara Indonesia, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dilihat dari kapasitasnya, saat ini mobil nasional yang dibuat kebanyakan berupa kendaraan mikro dengan kapasitas mesin di bawah 1.000 cc. Kendati demikian, fungsi mobil tersebut tetap optimal, dan ke depannya ditargetkan menjadi kendaraan angkutan bagi polisi dan petugas pemadam kebakaran, serta moda pengangkut barang di pasar.

Salah satu contohnya adalah Komodo. Mobil yang sengaja dibuat sebagai kendaraan off road itu berdesain pesawat terbang, memunyai rangka yang ringan namun kokoh, serta dapat melindungi penumpang dari berbagai kondisi, termasuk kondisi ekstrem. Selain pengembangan desain, hal yang mesti diperhatikan adalah inovasi teknologi. Untuk membuat produk yang berteknologi tinggi, diperlukan dukungan para ahli teknologi otomotif dan para teknisi dalam merekayasa dan menganalisis rancangan yang dibuat.

Tidak dimungkiri, saat ini pembuatan mobil nasional belum 100 persen menggunakan komponen lokal. "Saat ini, setidaknya masih ada 30 persen komponen dari luar negeri yang digunakan untuk membuat mobil nasional. Namun, secara bertahap kami akan berusaha agar semua komponen untuk pembuatan mobil nasional berasal dari dalam negeri," ujar Ibnu.

Apabila hal tersebut dapat terealisasi, peluang menciptakan industri otomotif nasional yang mandiri dinilai bakal lebih besar. Apalagi jika rencana pemerintah melalui Kementerian Perindustrian menyediakan kendaraan angkutan umum murah untuk masyarakat perdesaan dapat terlaksana. Kabarnya, kendaraan tersebut bakal dapat dinikmati masyarakat pada tahun depan.

Untuk mengembangkan program mobil rakyat itu, pemerintah menyiapkan anggaran 144 miliar rupiah. Nantinya, kendaraan dengan kapasitas mesin 650 cc tersebut dibanderol harga 30 juta rupiah per unit. Sementara itu, untuk memproduksi mobil tersebut, kabarnya pemerintah tidak hanya menggandeng produsen lokal, tetapi juga pihak asing yang memiliki teknologi lebih canggih sehingga mampu menawarkan harga lebih murah.

Mengenai kabar tersebut, Ibnu mengatakan pada dasarnya para produsen lokal tidak menuntut terlalu banyak. "Kami menginginkan adanya perlindungan pasar dari pemerintah," kata dia. Ibnu lantas memberi gambaran, industri otomotif di Eropa dan Jepang pada awalnya mesti berjuang pula dari nol. Namun, lama-kelamaan, dengan privilege mendapatkan perlindungan dari negara, industri otomotif di kedua kawasan itu semakin berkembang pesat. (fan/E-2) - Koran Jakarta

Saatnya Bangsa Indonesia Bangga dengan Mobnas

PERJALANAN panjang untuk mewujudkan mobil nasional di Tanah Air memang berliku. Sudah ada banyak pihak yang mecoba membuatnya, mulai dari kalangan sekolah menengah kejuruan (SMK), perguruan tinggi, hingga dari kalangan industri. Hasilnya, antara lain kita bisa menyebutkan mobil Arina (Armada Indonesia), mobil mikro yang dikembangkan oleh Universitas Negeri Semarang (Unnes) dengan Departemen Perindustrian. Contoh lain, Rosa Van 1.5i, buatan SMK Negeri 6 Malang. Mobil ini memakai mesin Timor yang disokong dengan sasis dari Toyota Hiace.

Sementara itu, SMK Negeri 10 Malang membuat Zhangaro, sebuah mobil pikap dengan sasis Mitsubishi Colt T 120 SS, tahun 2003, gearbox dari Mitsubishi colt T 120 SS dan transmisi 5 speed dari Suzuki Vitara, headlamp dari Daihatsu Grand Max i, stop lamp dari Daihatsu GT.

Masih ada lagi mobnas, seperti Tawon, Komodo bahkan Beta 97 MPV yang rencananya diluncurkan oleh Grup Bakrie. Kini, salah satu BUMN, yakni PT Inka men jalin kerja sama dengan PPPPTK (Pusat Pengem bangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) untuk mem produksi mobil nasional dengan nama GEA (Gulirkan Energi Alternatif). Kehadiran mobil GEA ini memang memanfaatkan momentum akan kebutuhan kendaraan baru dengan harga di bawah Rp 70 juta.

Kenaikan permintaan mobil sebanyak 700-ribuan per tahun dan sepeda motor 7 jutaan per tahun menjadi cermin adanya mobilitas penduduk yang semakin meningkat.

Secara global, di Eropa tren kebutuhan pada kendaraan kecil memang semakin meningkat. Di kawasan Asia Tenggara, juga mulai menunjukkan kebutuhan akan kendaraan kecil yang hemat BBM dan murah.

Tuntutan ini tidak lepas dari dorongan kenaikan harga minyak dunia, kepadatan lalu lintas, kebutuhan mobilitas, dan kenaikan income per capita.

Tonggak Awal Karenanya, tahun 2011 diharapkan menjadi tonggak awal sekaligus arah menuju industri otomotif Indonesia yang mandiri dan kreatif dengan mewujudkan pengembangan mobil mikro (650 CC). Langkah ini mengarah pada kemandirian industri nasional, dan mengurangi defisit neraca pembayaran.

Dalam perencanaan, di tahun 2011 ini pula dilakukan peluncuran program dan proto tipe, tahun 2012 mulai perakit perakitan dengan dukungan APBN APBN yang dibutuhkan, menggunakan peralatan produksi mobnas yang ada di PT Inka, juga peralatan jaringan industri komponen dengan memproduksi 1000 unit dengan menggunakan mesin dari China.

Tahun 2013 komersialisasi program kendaraan angkutan umum murah. Di sini, dibutuhkan investasi swasta murni berupa perakitan, komponen dan jaringan SSS (sales, service, spare parts). Juga kerja sama swasta dan BUMN pada proses manufaktur dan jaringan pernjualan serta purnajualnya.

Di tahun 2014 sudah berani mencanangkan produksi 6000 unit mobil hasil karya putra bangsa yang menggunakan komponen total mesin dan transmisi buatan dalam negeri, sebagai bentuk riil mobil nasional. Mobnas ini menggunakan mesin 650 CC 2 silinder dan bodi dari fiber antikorosi.

Untuk mewujudkan itu semua, Dr Ir M Harly MT dari PPPPTK/VEDC Malang yang juga tim ahli dari PT Inka mengelompokkan proses pekerjaan yang tebagi dalam tiga langkah.

Pertama, membuat komponen yang statik dan mudah teknologinya. Ini diserahkan kepada industri kecil menengah (IKM) seperti pembuatan spion, dan lampu.

Kedua, pihak yang bertanggungjawab untuk pembuatan komponen yang dinamik. Terdapat kesulitan yang lebih tinggi dan ditangani IKM yang sudah maju atau punya teknologi tinggi.

Ketiga, sudah mengarah pada tingkat asembling, dan ini ada di PT Inka. Pada tingkatan ini, melibatkan murid-murid SMK yang magang di PT Inka. Implementasi pemberdayaan klaster di antaranya melibatkan IKM Pasindo Pasuruan untuk pembuatan tangki, muffler, manifold, piping, battery, bracket, rear axle (68 items).

IKM Aspillow dari Sidoarjo untuk pembuatan kursi, handle, engsel, door regulator, brake, coil spring, spring seat, hose & clamp ( 48 item). IKM Malang berupa GFRP body, asesories interior. Sementara pintu ditangani PT Nusa Indah yang sudah berpengalaman dalam pembuatan karoseri, serta PT Stanly untuk cable warness dan ECU sebanyak 5 item.

Secara lengkap, pengembangan klaster melibatkan berbagai komponen yang semuanya mengarah pada forum klaster dengan PT Inka GEA sebagai industri inti. Di sini lebih terinci lagi melibatkan perguruan tinggi, seperti Poltek, VEDC, Pusat Desain, Pusat Studi & Riset Otomotif, Lembaga Riset (Puspitek, BPPT, LIPI, Badan Litbang, Balai Besar ), industri pendukung IKM (Tegal, Pasuruan, Sidoarjo , Malang, Solo), lembaga mediasi finansial (leasing, permodalan, investasi, asuransi), lembaga/asosiasi pendukung (Astra Ventura, GIAM, IATO, PPPPTK/VEDC), pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Diknas dan pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Perindustrian, Dainas Perhubungan, Dinas Perdagangan, dan Dinas Koperasi.

Perencanaan pembuatan mobnas sudah digulirkan. Harapannya, program ini sukses, dan nasibnya tidak seperti industri pesawat terbang Nurtanio yang menjelma menjadi PT Dirgantara Indonesia. Menanjak dan kemudian tidak ada gaungnya lagi. (Wiharjono-24) - Suara Merdeka Pressmart

Semangat Menciptakan Mobil Nasional

Jurnal Nasional | Sabtu, 16 Jul 2011
Darma Ismayanto

Ibnu Susilo
BAGI Ibnu Susilo urusan merancang desain-desain kendaraan bukan hal baru. Ia memahami benar bagaimana mendesain mobil hingga pesawat terbang dan pernar dilakoninya. Mendesain model pesawat terbang misalnya ia lakukan ketika bekerja di PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) yang kemudian berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (DI) dan untuk bidang yang sama ia pun pernah menjabat sebagai kepala insinyur desain mobil nasional Maleo di pertengahan tahun 1990-an.

Alumnus Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) ini akhirnya memutuskan untuk resign dari PT DI pada tahun 2004. Ibnu lalu berinisiatif mendirikan perusahaan sendiri bernama PT FIN Tetra Indonesia (FTI) yang bergerak di bidang engineering dan teknologi. Tak sia-sia beberapa proyek penting pernah digarap perusahaanya, di antaranya proyek desain dan analisis composite dan non composite material untuk bagian sayap dan ekor pesawat Airbus A380 dan A400M versi militer.

Kini pria kelahiran Lamongan 29 Mei 1961 ini dan bersama PT FIN yang dikelolanya tekun menggarap varian mobil hasil rancang karyanya sendiri yang diberi nama FIN Komodo. Untuk mengetahi lebih jauh terkait dengan hal itu, Darma Ismayanto dari Jurnal Nasional mewawancarai Ibnu Susilo. Berikut petikannya.

Bisa Anda ceritakan bagaimana awal PT FIN memproduksi Komodo?

Kami mulai riset pasar pada tahun 2005, mulai konseptual desain itu tahun 2006 lalu 2007 kita buat prototypenya. Di tahun 2008 kami mulai uji coba lalu pada tahun 2009 kami memperkenalkannya secara resmi kepada publik di acara Pameran Produksi Indonesia di PRJ.

Tahun 2010 Komodo tampil di Indonesia International Motor Show (IIMS). Di ajang IIMS kami mendapatkan penghargaan dari Marketeers sebagai "The Best 100% Indonesian Design and Enginering".

PT FIN itu sendiri kan sebenarnya kepanjangan dari Formula Indonesia, Formula itu artinya yang semua rumusan matematikanya kami nggak nyontek, mulai dari merancang dan segala macam dilakukan dengan formula-formula yang kami hitung sendiri.

Seberapa besar pengalaman Anda merancang pesawat terbang teraplikasi pada pembuatan Komodo?

Boleh dibilang besar ya. Yang pertama itu leid wieght yaitu penerapan teknologi struktur ringan tapi kokoh, terkait masalah kelenturan. Jadi, Fin Komodo ini bila digunakan di medan berbatu-batu itu tetap nyaman serasa naik sedan di jalan tol ... he ...he... Begitu pun bila kendaraan sedang jumping itu juga tidak terasa karena kami menerapkan teknologi kestabilan atau stability in control yang baik di Komodo. Begitu pula dengan kekuatan struktur rangka. Untuk mesin kami menggunakan mesin 4 langkah dengan kapasitas silinder 250cc dan maximum momen puntir 17,6 Nm/5500 Rpm.

Apa yang akan Anda lakukan untuk memasarkan FIN Komodo atau target pasarnya bagaiman?

Target pasar FIN Komodo seperti di daerah-daerah perkebunan.

Anda juga ketua Asian Nusa (komunitas pengusaha mobil nasional), apa visi di balik berdirinya Asia Nusa?

Negara-negara maju itu punya jati diri karena mereka punya teknologi. Kita ini tidak punya teknologi makanya mengapa saya berulang kali selalu mengatakan kita harus buat budaya teknologi.

Auto Culture - Fin Komodo
Kenapa dengan Budaya Teknologi?

Karena teknologi itu tidak bisa dibeli. Teknologi hanya bisa direbut. Caranya? kita harus menganut budaya teknologi terlebih dahulu maka akan melahirkan sebuah teknologi-teknologi berikutnya.

Yang terjadi di Indonesia kalau kita perhatikan, paling tinggi itu ada ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek). ATPM itu sebenarnya teknologinya atau budayanya ada di negaranya masing-masing, jadi otaknya atau hatinya bukan dari kita. Lalu di bawah ATPM ada karoseri, karoseri itu kalau tidak ada platformnnya maka dia tidak bisa membuat mobilnya. Selanjutnya ada modifikator, modifikator itu baru bisa dilakukan kalau ada mobilnya. Nah sekarang yang belum ada di kita itu adalah principal.

Principal inilah yang sebenarnya membuat budaya teknologi. Mengapa kita butuh membuat budaya teknologi? agar kita bisa menghasilkan devisa dan menghemat devisa juga. Kalau dengan ATPM tadi kita bisa menghemat devisa 30 persen karena yang 70 persen kan balik ke negara mereka, dengan menjadi principal kita bisa menghemat devisa sampai 70 persen. Itu yang pertama, yang kedua kita bisa menghasilkan devisa karena kita bisa membuka ATPM-ATPM di negara lain, kita juga melakukan lisensi. Nah di situ sebenarnya jati diri Indonesia itu mucul. Itulah yang menjadi visi kita.

Menurut Anda apa sesungguhnya kendala yang dihadapi produsen-produsen mobil nasional dalam mengembangkan produknya?

Yang pertama adalah persoalan mindset. Kalau dengan pola mindset seperti yang diterapkan selama ini seperti yang saya terangkan tadi, kita akan selalu tetap berada di belakang, mengekor terus. Kalau sekarang ini saya coba dibalik. Oleh karena itu saya berharap pada pemerintah untuk membuat kebijakan yang berpihak ke produk nasional.

Kedua permasalahan finansial, yang selama ini bank-bank di Indonesia itu produk yang sudah mapan yang sudah ada jaminannya itulah yang dibiaya oleh bank. Tetapi bank tidak bisa melihat sebuah produk dari embrionya, misalnya seperti mereka berkalkulasi:"kalau sebuah perusahaan kami biayai dari bayi maka di tahun sekian kami akan menerima hasil sekian" itu mereka belum bisa melihat karena kita memang tidak biasa membuat sebuah perusahaan berdasarkan reaserch and development.

Kembali ke FIN Komodo, apakah benar 100% sudah menggunakan material lokal?

Oh ya, semuanya itu kami buat sendiri bahkan kami juga sudah membina UKM-UKM untuk menjadi vendornya FIN Komodo. UKM itu ada yang terletak di Bandung, Cimahi, dan Jabodetabek.

Melalui Asia Nusa, apa misi ke depan yang masih ingin dicapai?

Ya seperti saya terangkan tadi, budaya teknologi terutama untuk otomotif harus dikedepankan sebab dampaknya akan luar biasa besarnya. Hal itu pula yang nanti akan mampu "menahan" laju rupiah untuk bisa berada di dalam negeri. Kalau di dalam sudah kuat baru kita penetrasi ke luar negeri.

Geliat Mobil Nasional

Industri Otomotif, Dukungan Permodalan Dibutuhkan untuk Pengembangan Produk

Koran Jakarta - Sabtu, 16 Juli 2011 - Era 1990-an dapat dikatakan sebagai awal kemunculan mobil nasional. Hal itu ditandai dengan lahirnya kendaraan Teknologi Industri Mobil Rakyat (Timor). Memang, mobil tersebut belum sepenuhnya menggunakan material lokal, hanya 60 persen, dan teknologinya masih berkiblat pada Korea Selatan.

Memasuki era milenium, di tengah-tengah serbuan mobil-mobil buatan Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat (AS) ke Tanah Air, sekelompok anak bangsa mencoba menghidupkan kembali mobil nasional. Beberapa merek mobil, di antaranya Kancil, Arina, Gea, Komodo, Wakaba, Boneo, ITM, dan Tawon pun diproduksi meski masih dalam skala kecil.

Dalam keterbatasan dana, para produsen mencoba membuat kendaraan dengan kandungan lokal mencapai 90 persen. Salah satu mobil tersebut adalah Komodo yang masuk segmentasi kendaraan off road untuk menjelajah medan hutan. Mobil tersebut dibanderol harga 50 juta sampai 60 juta rupiah per unit.

Respons konsumen terhadap Komodo terbilang positif. Hal itu bisa dilihat dari adanya kenaikan permintaan. Sampai akhir 2011, pesanan terhadap mobil buatan PT Fin Tetra Indonesia itu sudah mencapai sekitar 100 unit. Padahal, pada tahun lalu Komodo hanya terjual 50 unit. "Pada Juli ini kami mulai memproduksi sekitar 100 unit mobil. Versi matik ternyata memang paling banyak diminati konsumen," ujar Ibnu Susilo, Presiden Direktur Fin Tetra Indonesia.

Komodo, selain diperuntukkan menjelajah hutan, sengaja didesain untuk dapat membawa beban seberat 250 kilogram. Hal itu dimungkinkan karena kendaraan memiliki tenaga hingga 16,7 daya kuda pada 5.700 rpm dan torsi 17,6 Newton meter pada 5.500 rpm. Saat ini, mobil asli Cimahi, Jawa Barat, yang berbahan bakar bensin itu sudah bertipe transmisi matik 250 cc 4-tak. Sebelumnya Komodo hanya dilengkapi mesin 180 cc 2-tak. Adapun top speed kendaraan tersebut mencapai 60 kilometer per jam.

Mobil nasional lainnya yang juga bakal diproduksi adalah Gea (Gerakan Energi Alternatif). Mobil mikro berkapasitas empat penumpang tersebut dibuat oleh PT Industri Kereta Api (Inka), Madiun, Jawa Timur. Gea dikenal sebagai mobil yang ramah lingkungan karena irit bahan bakar. Lihat saja, untuk satu liter bensin, kendaraan yang memadukan bensin serta gas sebagai bahan bakarnya itu mampu menempuh jarak 20 sampai 25 kilometer. Konsumen yang tertarik dengan city car tersebut dapat membelinya dengan harga 50 juta rupiah per unit.

Mobil penumpang lainnya adalah Tawon yang memiliki daya tampung lima orang. Tawon yang mampu melaju dengan kecepatan maksimal 90 kilometer per jam itu ditawarkan dengan harga sekitar 50 juta rupiah per unit. Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asia Nusa), organisasi produsen mobil nasional, menyatakan pesanan untuk Tawon dan Gea sudah mencapai sekitar 200 unit pada tahap awal. Apabila tidak ada aral melintang, kedua jenis kendaraan itu akan diluncurkan ke pasar pada pertengahan Juli 2011.

Untuk memenuhi permintaan konsumen, pada tahap awal, produksi mobil nasional tersebut mencapai sekitar 50 unit untuk setiap model. Mobil-mobil itu rencananya digunakan sebagai angkutan serbaguna di Surabaya, Jawa Timur, dan taksi rakyat di Depok, Jawa Barat. Demi menjaga kepuasan konsumen, menurut Ibnu, pihaknya memberikan layanan purnajual dengan menunjuk bengkel-bengkel representatif yang tersebar di daerah-daerah penjualan. "Jadi, konsumen tidak perlu khawatir kesulitan jika menghadapi masalah tentang mesin," kata Ibnu yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asia Nusa.

Butuh Dukungan

Meskipun terjadi kecenderungan peningkatan permintaan mobil nasional, para produsen menyatakan masih membutuhkan dukungan pemerintah untuk mengembangkan usaha. Dukungan tersebut utamanya dalam hal pembiayaan. Pasalnya, sampai saat ini, belum ada lembaga keuangan, termasuk perbankan, yang bersedia menjadi penjamin untuk cicilan kredit mobil nasional.

Menurut Ibnu, selama ini konsumen memesan dan membayar langsung mobil secara tunai. Dana dari konsumen itulah yang kemudian digunakan untuk ongkos produksi. Karena keterbatasan dana, produsen kesulitan memproduksi kendaraan dalam skala besar. Oleh sebab itu, para produsen berharap pemerintah turut mendorong perbankan ikut andil dalam mengembangkan mobil asli buatan anak bangsa.

Di luar persoalan dana, para produsen mobil nasional dituntut tetap dapat menghasilkan produk terbaik agar mampu mencuri hati konsumen. Berbagai upaya hendaknya ditempuh pihak produsen agar kepercayaan masyarakat terhadap kendaraan buatan dalam negeri semakin lama semakin meningkat. "Masalah kepercayaan adalah poin penting. Apabila masyarakat sudah yakin dan percaya terhadap mobil lokal, maka harga pun menjadi tidak masalah, dan produk akan mudah berkembang," papar pengamat otomotif, Suhari Sargo, di Jakarta, baru-baru ini.

Lebih lanjut, Suhari mengatakan asalkan produsen benar-benar dapat menjaga kepercayaan konsumen, peluang mobil nasional untuk berkembang cukup besar, apalagi harga produk terbilang murah. Hal lain yang harus diperhatikan produsen adalah membaca kebutuhan dan minat masyarakat Indonesia. Suhari menggambarkan masyarakat Indonesia umumnya lebih menyukai mobil yang memiliki kapasitas besar alias berpenumpang banyak. "Mobil penumpang produksi lokal masih berupa mini car, seharusnya dipikirkan pula tipe mobil dengan kapasitas lebih besar," saran dia. (had/E-2)

Inka siap luncurkan mobil GEA

Solo (Espos) Badan usaha milik negara (BUMN) PT Industri Kereta Api (Inka Madiun) menilai kawasan Soloraya dinilai potensial menjadi cluster industri kecil dan menengah (IKM) otomotif.

Cluster tersebut dibutuhkan untuk mendukung rencana produksi masal mobil produksi Inka, GEA singkatan dari Gulirkan Energi Alternatif, yang dijual seharga Rp 40 juta-Rp 60 juta/unit pada triwulan III/2011 mendatang. Manajer Pengembangan Bisnis Transportasi PT Inka, M Pramudya, mengatakan di Soloraya banyak terdapat IKM yang menguasai teknologi menghasilkan komponen mobil terutama yang terkait interior.

“Potensinya ada. Solo punya IKM, ada pengecoran logam di Ceper Klaten. Ada STP (Solo Techno Park-red) dan ATMI (Akademi Teknik Mesin Industri-red) untuk assembling-nya,” jelas Pramudya, saat ditemui wartawan, di sela-sela menjadi pembicara dalam Workshop Inovasi & Temu Bisnis Bidang Teknologi Manufaktur di STP, Selasa (12/7).

Menurut dia, hanya dibutuhkan integrasi dari unsur-unsur tersebut untuk menghasilkan komponen produk yang dibutuhkan dalam produksi massal mobil GEA. Pihak Inka, kata dia, berencana melakukan produksi masal GEA antara 6.000-10.000 unit per tahun. Saat ini, masih dilakukan pengujian terhadap prototype mobil. GEA sendiri akan dirilis pada triwulan III/2011, dengan tiga varian, yakni jenis mobil penumpang, pikap dan blind car yaitu mobil tanpa kaca yang digunakan untuk pengangkut barang. Rencananya hasil produksi massal disalurkan ke koperasi yang membutuhkan mobil operasional.

Pramudya melanjutkan selama ini produksi GEA disokong dari sekitar 200 IKM di Jawa Timur. IKM yang tersebar di Pasuruan, Sidoharjo, dan Malang tersebut dapat memroduksi berbagai komponen mobil, seperti interior dan komponen rangka sasis. Pramudya percaya dengan pengawalan Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek), juga dukungan Pemda, STP dan ATMI, bukan hal sulit mengembangkan cluster otomotif di Solo.

Dukungan Kemenristek

Rencana pengembangan cluster tersebut mendapat dukungan Kemenristek. Deputi Menristek Bidang Jaringan Iptek, yang kemarin, diwakili Deputi Relevansi & Produktivitas Iptek, Teguh Raharjo, mengatakan pihaknya siap memberikan dukungan dalam hal pendanaan untuk melakukan riset teknologi otomotif. Menurut dia, teknologi inilah yang dibutuhkan IKM untuk berkembang dan menjadi bagian dari industri otomotif Tanah Air.

Dia menilai, pengembangan IKM masih terkendala sejumlah hal, di antaranya belum konsistennya produk hasil pekerjaan IKM. “Kalau membuat satu mungkin bagus. Tapi membuat 100 unit banyak yang cacat, apalagi membuat 1.000 unit. Persoalan ini yang harus dipecahkan bersama,” ujar dia.

Menanggapi rencana tersebut, pihak STP, melalui perwakilan pengelolanya, Sumadi, mengatakan dibutuhkan pendataan IKM terlebih dahulu sebelum cluster benar-benar dikembangkan. - Oleh : Tika Sekar Arum

Membangun Industri Budaya

Ibnu Susilo
Jurnal Nasional | Sabtu, 9 Jul 2011
Darma Ismayanto

Meski kerap mengalami fenomena "maju-mundur", geliat industri mobil nasional (mobnas) ternyata masih terus berdenyut. Di bawah bendera Asia Nusa (Asosiasi Industri Automotive Nusantara) produsen-produsen mobnas serupa AG-Tawon, Wakaba, Fin Komodo, Merapi, GEA, Boneo, Kancil, dan ITM bergabung dan mencoba untuk terus konsisten di jalurnya yaitu, membangun industri mobnas.

Asia Nusa resmi dideklarasikan pada Februari 2010 dengan tujuan agar partisipasi dan peranan para teknokrat dan pebisnis otomotif Indonesia dapat sinkron dan sejalan dengan keinginan bangsa Indonesia untuk memiliki industri otomotif sendiri dan menjadikan Indonesia mandiri. Menurut Ibnu Susilo selaku Ketua Asia Nusa, Asia Nusa dibentuk untuk membangun dunia industri otomotif Tanah Air yang nantinya dapat menjadi sebuah industri budaya bangsa.

"Industri yang ada di Indonesia ini apa yang memiliki budaya Indonesia? Kalau diamati sebenarnya ada tiga: batik, rokok, dan jamu. Nah itukan dibangun tidak dalam waktu singkat setahun dua tahun, minimal mereka membangunnya 15 tahun barulah jadi industri yg kuat. Kalau untuk industri yang budayanya dari luar negeri itu mereka sudah dewasa di negeri masing-masing. Jadi ke sini cuma bangun pabriknya saja tahun depan sudah bisa beroperasi," kata Ibnu.

"Jadi maksud saya industri mobnas itu hasilnya harus dilihat jangka panjang, karena kita masih tumbuh untuk membuat industri yang berakar dari budaya kita. Kalau kita terapkan yang model sekarang, seperti misalnya kita impor semuanya dari negara luar, kemudian dirakit di sini itu bukan industri, karena budayanya tidak ada. Yang ingin kita bangun itu budaya teknologi," tambahnya.

Menurut Ibnu, di tengah sengitnya persaingan mobnas dengan berbagai merek mobil asing, mobnas masih memiliki peluang untuk bermain karena mobil-mobil yang diproduksi kawan-kawan di ASIA NUSA bermain di level micro car yaitu mobil-mobil kecil dengan kekuatan mesin di bawah 800cc. Level ini di pasaran belum banyak digarap pemain-pemain otomotif asing.

"Asia Nusa ini kan bermain di kelas C, atau di 800cc masih ada peluang pasarnya. Kita tidak bermain yang di 1000cc ke atas. Tapi belakangan ketika ada program mobil murah dari pemerintah, mereka (merek asing) juga mengajukan diri untuk bermain di sana. Saya pikir sebaiknya pemerintah membuat kebijakan yang berpihak atau melindungi anak bangsa."

Asianusa bersama Kementrian Perindustrian melakukan sosialisasi P3DN di Mataram

Mataram - Pada tanggal 7 Juli 2011, Asianusa bersama dengan Kementrian Perindustrian melakukan Sosialisasi bersama Kementrian Perindustrian dengan tema "Sosialisasi Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri" (P3DN) di Mataram, bertempat di Hotel Jayakarta -Senggigi, Mataram - Nusa Tenggara Barat (NTB).

Peserta sosialisasi adalah para petugas pengadaan barang dan jasa serta pegawai pemerintah terkait di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Acara dibuka oleh Kepala Disperindag Nusa Tenggara Barat, yang memaparkan tentang "Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa di satuan Kerja Nusa Tenggara Barat", yang kemudian dilanjutkan dengan paparan, tentang 3 bahasan, yatiu:

1. Paparan P3DN: Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asianusa) sebagai Pioneer Mobil Nasional - Oleh: Ketua Bidang pemasaran dan Hubungan Asianusa - Dewa Yuniardi 

2. Kebijakan Peningkatan Penggunaan produksi dalam Negeri - Oleh: Setditjen UIBITT - Anggota Timnas P3DN - Asyarif Hidayat.

3. Pedoman Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Peraturan menteri Perindustrian No. 15/M-IND/PER/2/1022) - Oleh: Sekretaris Kelompok Kerja Timnas P3DN - Ferry Yahya.

Dalam acara tersebut Asianusa diundang sebagai pembicara tamu oleh Kementrian Perindustrian, dimana Asianusa memaparkan tentang kesiapan Asianusa menjadi Pioneer Mobil Nasional, sebagai produsen otomotif lokal untuk memproduksi kendaraan yang dimiliki oleh prinsipal dalam negeri, yang disambut baik oleh peserta sosialisasi serta mendapatkan dukungan penuh. yang diharapkan dapat diterima oleh pasar di daerah Nusa tenggara Barat, yang kemudian di masa yang akan datang dapat merangsang pengusaha IKM lokal untuk turut serta berpartisipasi dalam kerjasama pembuatan komponen penunjang dari produsen otomotif yang ada dibawah Asianusa.

Demikian juga paparan tentang P3DN yang mengulas tentang kebijakan Peningkatan Penggunan produk Dalam negeri (P3DN), sesuai dengan:

- Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunan produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tanggal 6 Agustus 2010 tentang Penggunan Produk Dalam Negeri dalam Pengadan Barang/Jasa Pemerintah.
 - Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 15/M-IND/PER/II/201 Tahun 2011tanggal tentang Pedoman Penggunan Produk Dalam Negeri dalam Pengadan Barang/Jasa Pemerintah.

Diharapkan dengan di aplikasikannya peraturan tersebut dapat meningkatkan semangat bagi para produsen lokal dalam mengembangkan industri dalam upaya meningkatkan prosentase kandungan lokal dari produk-produk yang dihasilkan.

Untuk melihat secara online tentang Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) tersebut, dapat di akses di: http://www.kemenperin.go.id/, kemudian Klik di: Produksi Dalam Negeri. (Dewa Y)

'Mobil desa' mulai dipesan

JAKARTA: Asosiasi Industri Automotive Nusantara mulai mendapatkan pesanan untuk kebutuhan kendaraan umum di daerah dari kendaraan penumpang yang siap dipasarkannya, Gea dan Tawon, sekitar 200 unit pada tahap awal.

Kabid Pemasaran Asia Nusa Dewa Yuniardi mengatakan rencananya Gea dan Tawon akan diluncurkan ke pasar pada pertengahan bulan ini atau paling lambat pada Agustus karena produksi sudah berjalan untuk tahap awal sekitar 50 unit untuk setiap model.

Bahkan, katanya, mobil Gea dan Tawon yang membidik pasar di daerah itu telah mendapatkan pesanan awal untuk kebutuhan peremajaan angkutan serba guna di Surabaya dan konsep kendaraan taksi rakyat di wilayah depok.

"Sudah ada order di tangan untuk Gea dan Tawon yaitu untuk peremajaan angkutan serba guna di Surabaya dan konsep taksi rakyat di Depok semuanya sekitar 200 unit. Harga kendaraan sekitar Rp50 juta per unit," katanya kepada Bisnis kemarin.

Yuniardi menjelaskan untuk sementara Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asia Nusa) lebih banyak membidik pasar kelompok terutama untuk memudahkan layanan after sales yang saat ini mulai dikembangkan secara bertahap agar bisa melayani ke pasar ritel.

Gea dan Tawon merupakan kendaraan yang didesain untuk pasar perdesaan berkapasitas 4 penumpang yang diproduksi melalui pabriknya di Rangkas Bitung dan di Madiun.

"Kami fokus mengembangkan microcar terutama membidik pasar perdesaan dengan kapasitas mesin di bawah 1.000cc. rencananya akan diproduksi mulai Juli ini sebelum mobil murah yang digulirkan pemerintah berjalan," kata dia.

Dewa memaparkan kendaraan yang dikembang Asia Nusa hampir seluruhnya memanfaatkan konten lokal, hanya untuk mesin didatangkan dari China. Kapasitas produksi dari Tawon dan Gea bisa mencapai 600 unit per tahun dan akan ditingkatkan sesuai dengan pertumbuhan pasarnya.

"Bahan bakar memang masih premium, tapi bisa mudah dikonversi dengan bahan bakar gas yang masih harus menunggu dukungan infrastruktur stasiun pengisiannya."

Dia menambahkan Asian Nusa juga mengembangkan kendaraan pemadam kebakaran dengan model mini pikap yang juga didesain untuk perdesaan dengan membidik satu kecamatan satu kendaraan. Selain itu, dirancang juga mobil niaga bernama Komodo yang sudah terjual 50 unit pada tahun lalu.

Sementara itu, Pemerintah memastikan siap mencangkan program mobil perdesaan pada tahun ini yang dipatok seharga Rp30 juta untuk memenuhi kebutuhan kendaraan roda empat di daerah.

Deputi Menko Perekonomian BIdang Perindustrian dan Perdagangan Edy Putra Irawadi mengatakan pemerintah telah mengesahkan program pengembangan mobil murah untuk pasar perdesaan pada tahun ini dengan kapasitas mesin sebesar 650cc.

"Yang sudah disepakati untuk mobil perdesaan dengan spesifikasi mesin 650cc ke bawah, yang saat ini detail teknisnya tengah dirampungkan oleh Kementerian Perindustrian agar bisa diproduksi pada tahun ini," katanya baru-baru ini. Bisnis Indonesia (Bisnis.com) - Oleh Fajar Sidik (ea)

Gea dan Tawon Mulai Dipesan

Kamis, 07/07/2011 | 11:55 WIB - Surabaya Post Online

Untuk peremajaan angkutan serbaguna di Surabaya dan Depok

JAKARTA – Mobil murah produksi Indonesia Gea dan Tawon, mulai mendapatkan pesanan. Mobil seharga Rp 50 juta per unit itu, diantaranya untuk peremajaan angkutan serbaguna di Surabaya.

Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asia Nusa) menyebut, kendaraan penumpang yang siap dipasarkannya itu sudah mendapatkan pesanan sekitar 200 unit pada tahap awal.

Kabid Pemasaran Asia Nusa, Dewa Yuniardi mengatakan, rencananya Gea dan Tawon akan diluncurkan ke pasar pada pertengahan bulan ini, atau paling lambat pada Agustus, karena produksi sudah berjalan untuk tahap awal sekitar 50 unit untuk setiap model.

Bahkan, katanya, mobil Gea dan Tawon yang membidik pasar di daerah itu telah mendapatkan pesanan awal untuk kebutuhan peremajaan angkutan serba guna di Surabaya dan konsep kendaraan taksi rakyat di wilayah depok.

"Sudah ada order untuk Gea dan Tawon, yaitu untuk peremajaan angkutan serba guna di Surabaya dan konsep taksi rakyat di Depok semuanya sekitar 200 unit. Harga kendaraan sekitar Rp 50 juta per unit," katanya, kemarin.

Yuniardi menjelaskan untuk sementara Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asia Nusa), lebih banyak membidik pasar kelompok, terutama untuk memudahkan layanan after sales yang saat ini mulai dikembangkan secara bertahap agar bisa melayani ke pasar ritel.

Gea dan Tawon merupakan kendaraan yang didesain untuk pasar pedesaan, berkapasitas 4 penumpang yang diproduksi melalui pabriknya di Rangkas Bitung dan di Madiun.

"Kami fokus mengembangkan microcar terutama membidik pasar pedesaan dengan kapasitas mesin di bawah 1.000 cc. Rencananya, akan diproduksi mulai Juli ini sebelum mobil murah yang digulirkan pemerintah berjalan," kata dia.

Dewa memaparkan kendaraan yang dikembangkan Asia Nusa hampir seluruhnya memanfaatkan konten lokal, hanya untuk mesin didatangkan dari China. Kapasitas produksi dari Tawon dan Gea bisa mencapai 600 unit per tahun dan akan ditingkatkan sesuai dengan pertumbuhan pasarnya.

"Bahan bakar memang masih premium, tapi bisa mudah dikonversi dengan bahan bakar gas yang masih harus menunggu dukungan infrastruktur stasiun pengisiannya."

Dia menambahkan Asian Nusa juga mengembangkan kendaraan pemadam kebakaran, dengan model mini pikap yang juga didesain untuk pedesaan dengan membidik satu kecamatan satu kendaraan. Selain itu, dirancang juga mobil niaga bernama Komodo yang sudah terjual 50 unit pada tahun lalu.

Sementara itu, Pemerintah memastikan siap mencanangkan program mobil pedesaan pada tahun ini. yang dipatok seharga Rp 30 juta untuk memenuhi kebutuhan kendaraan roda empat di daerah.

Deputi Menko Perekonomian Bidang Perindustrian dan Perdagangan Edy Putra Irawadi mengatakan, pemerintah telah mengesahkan program pengembangan mobil murah untuk pasar perdesaan pada tahun ini dengan kapasitas mesin sebesar 650cc.

"Yang sudah disepakati untuk mobil pedesaan dengan spesifikasi mesin 650 cc ke bawah, yang saat ini detail teknisnya tengah dirampungkan oleh Kementerian Perindustrian agar bisa diproduksi pada tahun ini," katanya. bio

Produsen Mobnas Akan Gelar Pameran Sendiri

Jakarta (ANTARA News) - Kalangan produsen mobil nasional (Mobnas) yang tergabung dalam Asosiasi Industri Automotif Nusantara (Asia Nusa) akan menggelar pameran sendiri, di luar Indonesia International Motor Show (IIMS) 2011.

"Sudah ada EO (event organizer) yang siap membantu kami. Waktu dan tempatnya belum ditentukan, tapi yang pasti tahun ini. Lokasinya kemungkinan di luar Jakarta," ujar Ketua Bidang Pemasaran dan Komunikasi Asia Nusa Dewa Yuniardi, di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, Asia Nusa kecewa dengan sikap panitia IIMS yang terkesan tidak ikhlas dengan kehadiran Mobnas di pameran itu. Dia mencontohkan, tahun lalu produsen Mobnas tidak diberikan area tes drive. Panitia kala itu beralasan area test drive hanya untuk anggota Gaikindo.

Sedangkan untuk tahun ini, lanjut dia, panitia memang memberikan area test drive bagi Mobnas. Namun, hal ini diwarnai dengan sindiran. "Ada seorang panitia yang menyatakan ban mobnas bisa lepas saat dites pengunjung. kami keberatan dengan pernyataan ini, sehingga kami putuskan keluar dari IIMS 2011," keluh dia.

Selain itu, dia menjelaskan, stan Mobnas ditempatkan di lokasi suku cadang. Sementara merek asing ditempatkan di hall khusus mobil. "Ada banyak hal yang membuat kami kurang nyaman. Kami merasa IIMS kurang cocok untuk jadi ajang promo, karena dominasi penolakan terhadap Mobnas besar sekali," tutur dia.

IIMS 2010 diramaikan dua merek Mobnas, yakni Tawon dan Komodo. Dua merek ini menempati Hall C JIExpo Kemayoran, Jakarta, yang lokasinya cukup terpojok serta tertutup dengan beragam booth aksesoris mobil.

Dia menilai,ada kesan panitia tidak ikhlas Asia Nusa turut serta dalam IIMS yang merupakan pameran otomotif terbesar di Tanah Air. Dewa menduga Gaikindo yang didominasi merek mobil Jepang ingin menggarap pasar yang disasar Mobnas, yakni di bawah 1.000 cc. Kelihatannya, produsen mobil Jepang akan masuk ke segmen itu melalui program mobil murah yang tengah digodok pemerintah.

IIMS 2011 digelar di JIExpo Kemayoran pada 22-31 Juli 2011. Sebanyak 32 agen tunggal pemegang merek (ATPM) mobil akan meramaikan pameran ini. Total transaksi IIMS 2011 ditargetkan mencapai Rp 2,7 triliun.

(PSO-258)

IKM Jatim dukung produksi mobil murah Rp55 juta

Kabarbisnis.com - SURABAYA, kabarbisnis.com: Industri kecil dan menengah (IKM) di Jawa Timur dinilai bisa menjadi penopang untuk menunjang produksi masal mobil nasional (mobnas) berharga murah sekitar Rp55 juta yang dibidani PT Industri Kereta Api (INKA).

Kapala Bidang Industri Alat Transportasi, Elektronik dan Telematika (IATT) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, Saiful Jasan, mengatakan, di Jatim ada 218 IKM yang bergerak dalam hal produksi komponen otomotif. "Selain itu, ada 33 perusahaan karoseri yang tersebar di Pasuruan, Malang, Sidoarjo, Tulungagung, dan Jombang," ujar Saiful kepada kabarbisnis.com di sela-sela diskusi "Penguatan Kluster Industri Otomotif di Jatim" di Hotel Cendana, Surabaya, Selasa (5/7/2011).

Dengan demikian, jika basis produksi mobnas dari PT INKA nantinya berpusat di Madiun, tentu mobilisasi komponen akan lebih mudah dilakukan.

Mobnas yang kini tengah dikembangkan INKA diberi merek Gea. INKA memproduksi mobnas sebagai salah satu diversifikasi dari bisnis utamanya dalam hal produksi kereta api dan alat penunjangnya. Mobil Gea berkapastias 640 cc. Tujuan utama mobil ini adalah memberikan alternatif mobil kecil untuk menghadapi krisis energi. Mobil ini harganya berkisar antara 45 -50 juta, sudah diuji coba hingga 10.000 km dan kecepatan maksimalnya 90 km/jam. Pada tahun depan, Gea direncanakan memasuki fase produksi masal.

Selain IKM yang bergerak di bidang komponen otomotif, di Jatim juga terdapat berbagai industri penunjang yang bisa menopang pengembangan industri otomotif. Industri penunjang tersebut, antara lain, industri besi, baja, logam, fiber glass, cat, kawat las, dan permesinan.

GM Pengembangan INKA, Suyanto, mengatakan, dalam prosesnya, INKA menggandeng industri kecil dan menengah (IKM) di berbagai tempat, termasuk di Jatim. "Kami menggandeng IKM penyedia komponen otomotif yang ada di Sidoarjo, Malang, Tulungagung, dan Pasuruan," ujarnya. kbc5

IKM Jatim berpotensi menunjang industri mobnas

Bisnis-jatim.com - SURABAYA: Disperidag Jatim optimistis Industri Kecil dan Menengah (IKM) bisa menjadi penopang produksi masal mobil nasional berharga murah sekitar Rp55 juta yang saat ini digagas PT Industri Kereta Api.

Kapala Bidang Industri Alat Transportasi, Elektronik dan Telematika (IATT) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, Saiful Jasan, mengatakan, di Jatim ada 218 IKM yang bergerak dalam hal produksi komponen otomotif. Belum lagi 33 perusahaan karoseri yang tersebar di Pasuruan, Malang, Sidoarjo, Tulungagung, dan Jombang.

Jika basis produksi mobil nasional (mobnas) dai PT Industri Kereta Api itu dapat memanfaatkan produksi komponen dari IKM. “PT INKA nantinya bias memobilisasi komponen dari para IKM otomotif,” ujarnya.

Mobnas yang kini tengah dikembangkan INKA diberi merek Gea. INKA memproduksi mobnas sebagai salah satu diversifikasi dari bisnis utamanya dalam hal produksi kereta api dan alat penunjangnya. Mobil Gea berkapastias 640 cc.

Tujuan utama mobil ini adalah memberikan alternatif mobil kecil untuk menghadapi krisis energi. Mobil ini harganya berkisar antara 45 -50 juta, sudah diuji coba hingga 10.000 km dan kecepatan maksimalnya 90 km/jam. Pada tahun depan, Gea direncanakan memasuki fase produksi masal.

Selain IKM yang bergerak di bidang komponen otomotif, di Jatim juga terdapat berbagai industri penunjang yang bisa menopang pengembangan industri otomotif. Industri penunjang tersebut, antara lain, industri besi, baja, logam, fiber glass, cat, kawat las, dan permesinan.(dw)

Mobil nasional murah diusulkan dapat diskon

Kabar Bisnis Online:  Selasa, 05 Juli 2011 | 13:33 wib ET 

SURABAYA, kabarbisnis.com: Proyek mobil nasional berharga murah terus berusaha diluncurkan, meski proyek serupa juga berulang kali gagal di masa lalu. Kali ini mobil nasional Gea yang diproduksi PT Industri Kereta Api (INKA) yang semula berkisar Rp55 juta diusulkan bisa dapat diskon pajak. Sehingga harganya lebih murah.

Demikian intisari pendapat dalam diskusi "Penguatan Kluster Industri Otomotif di Jatim" di Hotel Cendana, Surabaya, Selasa (5/7/2011).

"Kemungkinan bisa turun harga, karena Kementerian Perindustrian sudah mengajukan ke Menkeu agar produk ini (mobil nasional Gea produksi INKA) bisa mendapat pengurangan pajak yang terkait dengan komponennya," ujar Sugiarto Raharjo dari Direktorat Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian.

Telah diusulkan bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP) atas impor bahan baku dan komponen dalam negeri. Selain itu, juga diusulkan revisi PP No.43 tentang PPnBM Kendaraan Bermotor dan pengurangan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama (BBN) di daerah sebesar 50% dari yang berlaku.

Gea sendiri adalah mobnas yang kini digarap PT INKA. Mobil ini berkapastias 640 cc. Tujuan utama mobil ini adalah memberikan alternatif mobil kecil untuk menghadapi krisis energi. Mobil ini harganya berkisar Rp55 juta dan sudah diuji coba hingga 10.000 km dan kecepatan maksimalnya 90 km/jam. Pada tahun depan, Gea direncanakan memasuki fase produksi masal.

Sugiarto menuturkan, kehadiran kendaraan murah diperlukan untuk menunjang perekonomian masyarakat. Selama ini, harga mobil paling murah jenis MPV adalag Rp 100 juta dan jenis pick up Rp85 juta dengan konsumsi bahan bakar rata-rata 12-14 km/liter dengan standar emisi euro 2. Gea sendiri terbilang irit. Dengan jarak 40 km hanya menggunakan 1 liter BBG sama dengan konsumsi mesin sepeda motor 1 liter untuk jarak 40 km pada mesin 125 cc.

"Dengan adanya mobil murah yang hemat energi, diharapkan bisa mendorong gerak ekonomi masyarakat sekaligus menekan tingkat boros energi," ujarnya.

GM Pengembangan PT INKA, Suyanto, mengatakan, pada tahun ini, pihaknya sudah memasuki fase penyiapan segala jenis perangkat lunak untuk Gea. Pada tahun depan diharapkan sudah memasuki tahap pengujian, validasi, verifikasi , sertifikasi, instalasi fasilitas, dan memulai produksi.

"Tahun 2013 kita garap after sales service-nya, termasuk penyediaan spare part," ujarnya.

Dalam prosesnya, INKA menggandeng industri kecil dan menengah (IKM) di berbagai tempat, termasuk di Jatim. "Kami menggandeng IKM penyedia komponen otomotif yang ada di Sidoarjo, Malang, Tulungagung, dan Pasuruan," ujarnya.

Pengembangan mobnas Gea ini akan melewati tiga jalur untuk menuju tahap komersialisasi.

Pertama, investasi swasta murni pada perakitan, komponen dan jaringan sales, service & spare parts(SSS).

Kedua, kerja sama swasta-BUMN pada proses manufacturing dan jaringan penjualan serta purna jual (sales, service & spare parts).

Ketiga, investasi BUMN (PT INKA) pada proses perakitan dan jaringan penjualan serta purna jual.

Sekadar catatan, sejumlah proyek mobil nasional yang sebelumnya diluncurkan dan gagal, antara lain, Timor dan Maleo. kbc5

Catatan dari Asianusa: 

Revisi PP No.43 tentang PPnBM Kendaraan Bermotor dan pengurangan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama (BBN) di daerah sebesar 50%  >> Apakah ini perlu ?

Menurut hemat kami hal ini tidak diperlukan, dan masih belum urgen untuk dilaksanakan, karena pada saat ini dengan tanpa insentif tersebut, kita sudah mampu memproduksi kendaraan dengan kisaran harga sekitar 55jt an. Jika katakanlah PP No. 43 tersebut di revisi seberapa besar hal ini bisa menurunkan harga ? Apa manfaatnya ?

Sebaiknya pemerintah melakukan kajian ini lagi secara lebih dalam,  karena dengan di revisinya PP No. 43 tersebut berarti PP ini akan berlaku untuk semua produsen kendaran baik lokal maupun luar, dan dampak dari hal tersebut akan sangat besar sekali terhadap perkembangan otomotif maupun perekonomian nasional.

Jadi menurut Asianusa, Revisi PP No. 43 dalam kasus ini TIDAK PERLU DILAKUKAN.

Pengembangan mobil murah terganjal citra merek

Online: Selasa, 05 Juli 2011 | 16:15 wib ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Pengembangan mobil nasional (mobnas) murah di kisaran Rp55-60 juta selama ini terganjal oleh citra merek. Meski secara teknologi bisa bersaing, mobnas masih kalah dalam hal merek. Masyarakat lebih percaya pada merek-merek mobil ternama yang masuk ke Indonesia lewat ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek).

"Selera masyarakat tidak bisa dipaksakan. Karena itu, dalam rangka penetrasi pasar perlu dukungan pemerintah untuk mendapat kepercayaan masyarakat," ujar Sugiarto Raharjo dari Direktorat Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian dalam diskusi di Hotel Cendana, Surabaya, Selasa (5/7/2011).

Dia menambahkan, kemampuan teknologi industri masih perlu didukung oleh semua pihak untuk menjadi industri otomotif yang mandiri. "Mobil nasional juga belum mempunyai after sales service yang memadai," ujarnya.

Pemerintah sendiri kini tengah menyinergikan BPPT dan BUMN PT Industri Kereta Api (INKA) untuk menggarap mobnas murah merek Gea seharga kisaran Rp55 juta. Mobil ini berkapastias 640 cc. Pada tahun depan, Gea direncanakan memasuki fase produksi masal. INKA sendiri menggarap mobnas sebagai upaya diversifikasi dari bisnis inti perseroan memproduksi kereta api.

General Manager Pengembangan PT INKA, Suyanto, mengatakan, pengembangan mobnas memang tidak mudah. Diakui banyak kendala yang menghadang, terutama dari sisi penguatan merek.

Namun, dia yakin proyek mobnas Gea bakal sukses dan tidak gagal seperti proyek mobnas sebelumnya seperti Timor dan Maleo. "Kita ingin mengurangi ketergantungan industri otomotif dari merek-merek yang masuk lewat ATPM. Selain itu, juga untuk menopang kebutuhan angkutan perdesaan dan pinggiran perkotaan," ujarnya.

Pada tahun ini, INKA sudah memasuki fase penyiapan segala jenis perangkat lunak untuk Gea. Pada tahun depan diharapkan sudah memasuki tahap pengujian, validasi, verifikasi , sertifikasi, instalasi fasilitas, dan memulai produksi. "Tahun 2013 kita garap after sales service-nya, termasuk penyediaan spare part, agar pasar percaya pada produk ini," ujarnya.

Mobnas Gea sendiri juga akan memakai bahan bakar alternatif. Dengan jarak 40 km, Gea ahanya perlu 1 liter BBG sama dengan konsumsi mesin sepeda motor 1 liter untuk jarak 40 km pada mesin 125 cc. "Industri otomotif ke depan harus diarahkan pada pengembangan kendaraan di bawah 1.000 cc, daripada mengembangkan pasar sepeda motor," tuturnya.

Pasar cerah

Secara pasar, mobnas sebenarnya memiliki prospek cerah. Selama ini, mobil yang sudah diproduksi di dalam negeri oleh ATPM adalah jenis angkutan penumpang dengan kapasitas mesin di atas 1.000 cc terdiri atas Sedan, Multi Purpose Vehicle (MPV) 4x2, Sport Utility Vehicle (SUV) 4x4. Untuk jenis kendaraan angkutan barang dengan kapasitas mesin di atas 1000 cc terdiri atas Truck lebih dari 5 ton (pick up) dan Truck kurang dari 5 ton.

Produksi mobil pada 2010 total 702.508 unit dengan komposisi 358.838 unit (51%) MPV 4x2 dengan kapasitas mesin 1.000-1.500 cc dan 104.263 unit (15%) Truck dengan kapasitas mesin 1000-1500 cc.

"Hal ini menunjukkan terdapat segmen pasar yang sangat besar untuk kendaraan MPV dan Pick Up, dan belum menyentuh mobil dengan kapasitas mesin di bawah 1.000 cc," tuturnya.

Selain itu, harga mobil paling murah jenis MPV adalah Rp100 juta dan pick up Rp85 juta dengan konsumsi bahan bakar rata-rata 12 – 14 km/liter dengan standar emisi euro. "Celah pasar dengan harga di bawah Rp100 juta dengan energi yang lebih irit belum ada. Ini yang harus dibidik mobnas," tuturnya.

Untuk lebih menggairahkan pasar, pemerintah berharap agar mobnas bisa ditekan di bawah Rp55 juta. Agar harganya miring, Kementerian Perindustrian telah mengusulkan adanya pengurangan pajak.

"Telah diusulkan bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP) atas impor bahan baku dan komponen dalam negeri," ujar Sugiarto.

Selain itu, juga diusulkan revisi PP No.43 tentang PPnBM Kendaraan Bermotor dan pengurangan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama (BBN) di daerah sebesar 50% dari yang berlaku. kbc5 - kabarbisnis.com

Catatan dari Asianusa: 

Revisi PP No.43 tentang PPnBM Kendaraan Bermotor dan pengurangan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama (BBN) di daerah sebesar 50%  >> Apakah ini perlu ?

Menurut hemat kami hal ini tidak diperlukan, dan masih belum urgen untuk dilaksanakan, karena pada saat ini dengan tanpa insentif tersebut, kita sudah mampu memproduksi kendaraan dengan kisaran harga sekitar 55jt an. Jika katakanlah PP No. 43 tersebut di revisi seberapa besar hal ini bisa menurunkan harga ? Apa manfaatnya ?

Sebaiknya pemerintah melakukan kajian ini lagi secara lebih dalam,  karena dengan di revisinya PP No. 43 tersebut berarti PP ini akan berlaku untuk semua produsen kendaran baik lokal maupun luar, dan dampak dari hal tersebut akan sangat besar sekali terhadap perkembangan otomotif maupun perekonomian nasional.

Jadi menurut Asianusa, Revisi PP No. 43 dalam kasus ini TIDAK PERLU DILAKUKAN.

Tanggapan Asianusa: Tersinggung, Mobnas Mundur dari IIMS 2011

Jumat, 01 Juli 2011 13:29 WIB
IIMS 2011
Jakarta - Anda yang sudah tidak sabar ingin melihat jajaran mobil nasional di pameran Indonesia International Motor Show 2011 ini terpaksa harus memupuskan niat. Kenapa? Mobnas yang tergabung di ASIANUSA memutuskan mundur dari pameran IIMS 2011 tersebut.

Lho kenapa? "Kami cukup kaget membaca berita dari otomotifnet.com, yang berjudul “Di IIMS Bisa Test Drive Mobil Nasional, Tapi Awas Rodanya Copot!”, disitu ada statemen dari Ketua Penyelenggara Pameran," tulis ASIANUSA di situs resminya.

Walaupun bernada canda, menurut hemat kami hal tersebut kurang pantas dinyatakan oleh yang terhormat Bp. Johnny Darmawan dalam kapasitasnya sebagai Ketua Penyelenggara Pameran IIMS 2011, apalagi canda tersebut dilontarkan dalam Acara “Press Conference ke 2’ pada tanggal 22 Juni 2011.

"Pameran IIMS adalah Pameran yang bergengsi dan bertaraf Internasional yang tuan rumahnya adalah Negara Indonesia, dan menurut kami Bp. Johnny Darmawan, sebagai putra bangsa sepatutnya haruslah mendukung produk bangsanya sendiri, bukan nya malah mencemooh dengan candaan didepan para wartawan, yang berkesan merendahkan produk mobil nasional," lanjut tulisan tersebut.

Sehingga akhirnya, melalui rapat 'dadakan', para produsen mobnas yang tergabung di ASIANUSA memutuskan untuk mengundurkan diri dari keikutsertaannya di pameran IIMS 2011.

Sangat disayangkan, justru seharusnya melalui IIMS 2011 itulah mobnas bisa unjuk diri dan membuktikan kalau produknya tidak bisa disepelekan begitu saja. Bukan begitu?

Berikut surat resmi ASIANUSA yang terpampang di website resminya:


Asianusa mengundurkan diri sebagai peserta Pameran IIMS 2011 yang ke 19

Kepada Yth.
Dyandra Promosindo
The City Tower (TCT) 7th Floor
Jl MH Thamrin 81, Jakarta Pusat

Up. Bapak Susilo Wirawan

Hal: Pengunduran diri Asianusa sebagai peserta dalam Pameran IIMS 2011

Dengan hormat,

Pertama-tama kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan pelaksana serta penyelenggara pameran  IIMS2011 yang telah memberikan fasilitas kepada Asianusa untuk berpartisipasi dalam pameran tsb., bahkan pada tanggal 17 Juni 2011 perwakilan kami telah mengghadiri ‘Teahnical Meeting’ dan kami sudah mendapatkan ID Card serta bahan-bahan arahan dari pelaksana pameran (Dyandra Promosindo). Kami juga mengucapkan terima kasih telah diberikan fasilitas untuk melakukan ‘Test Drive” di area pameran tersebut, namun dalam perjalanannya kami cukup kaget membaca berita dari otomotifnet.com, yang berjudul “Di IIMS Bisa Test Drive Mobil Nasional, Tapi Awas Rodanya Copot!” , disitu ada statemen dari Ketua Penyelenggara Pameran yaitu:

"Tapi hati-hati, buat yang suka kebut-kebutan tidak boleh test drive mobnas, nanti rodanya copot," canda Ketua Panitia IIMS 2011, Johnny Darmawan, disela-sela konferensi pers IIMS 2011 yang kedua, hari ini (22/6). Berita selengkapnya dapat dilihat di website: http://mobil.otomotifnet.com/read/2011/06/22/320660/41/7/Di-IIMS-Bisa-Test-Drive-Mobil-Nasional-Tapi-Awas-Rodanya-Copot

Walaupun bernada canda, menurut hemat kami hal tersebut kurang pantas dinyatakan oleh yang terhormat Bp. Johnny Darmawan dalam kapasitasnya sebagai Ketua Penyelenggara Pameran IIMS 2011, apalagi canda tersebut dilontarkan dalam Acara “Press Conference ke 2’ pada tanggal 22 Juni 2011. Pameran IIMS adalah Pameran yang bergengsi dan bertaraf Internasional yang tuan rumahnya adalah Negara Indonesia, dan menurut kami Bp. Johnny Darmawan, sebagai putra bangsa sepatutnya haruslah mendukung produk bangsanya sendiri, bukan nya malah mencemooh dengan candaan didepan para wartawan, yang berkesan merendahkan produk mobil nasional.

Sebagaiman yang dinyatakan dalam berita tersebut  bahwa ‘Entah apa maksud dari candaan Ketua Panitia IIMS 2011 tersebut,’, demikian juga kami tidak memahami apa maksud dari candaan tersebut.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas,  dengan ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengajukan permohonan  Pengunduran diri Asianusa sebagai peserta dalam Pameran IIMS 2011, walaupun demikian kami tetap berharap agar Pameran IIMS 2011 mendapatkan kesuksesan.

Demikian surat pengunduran diri kami dan terima kasih atas perhatian serta kerjasama yang baik dari Penyelenggara dan Pelaksana Pameran IIMS 2011.


Salam Asianusa,

Ttd. Ketua                                                   

Ibnu Susilo 

Penulis : Bagja, sumber: (mobil.otomotifnet.com) 


Komentar Asianusa:

Sekedar tambahan info yang di copas dari beberapa media tentang kejadian pada waktu IIMS 2010, semoga bisa menjadi bahan renungan kita semua :

1. Sindirian dr org yang sama (nobnas mimpi disiang bolong) sebelum IIMS2010:

http://oto.detik.com/read/2010/05/24...i-siang-bolong

Senin, 24/05/2010 13:23 WIB
Johnny Darmawan: Mobnas, Mimpi di Siang Bolong
Syubhan Akib - detikOto

Jakarta - Ambisi beberapa kalangan untuk menciptakan mobil nasional dinilai seperti mimpi di siang bolong, susah diwujudkan.

Alih-alih membuat mobnas, Indonesia lebih baik menyiapkan diri untuk menjadi production base mobil atau pun produsen komponen mobil daripada bersusah payah membuat mobil nasional yang membutuhkan modal yang tidak sedikit.

Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor Johnny Darmawan di sela-sela peluncuran Yaris TRD di Grand Indonesia, Jakarta, Senin (24/5/2010).

"Jangan mimpi di siang bolong. Lebih baik kita siapkan diri jadi negara industri otomotif," ujarnya menanggapi pertanyaan dari wartawan mengenai apakah Toyota sebagai produsen mobil yang sudah berkecimpung di Indonesia selama puluhan tahun akan membantu mengembangkan mobil nasional.

Johnny lalu memberi contoh negara Meksiko. Meksiko menurut Johnny merupakan produsen komponen terbesar di Amerika, tapi mereka fokus disitu dan tidak berniat untuk membuat mobil sendiri walaupun sebenarnya mereka mampu.

Begitu pula dengan Thailand. Negeri gajah putih itu dianggap memiliki kemampuan membuat mobil nasional lebih baik dari Indonesia dan Malaysia, tapi mereka tetap bervisi menjadi negara basis produksi.

"Dan sekarang hasilnya Thailand jadi negara production base terbesar di ASEAN," tandasnya.

Di sisi lain, Malaysia yang punya mobnas Proton, lanjut Johnny terkesan memaksakan diri.

Proton sanggup bertahan karena subsidi pemerintah. Sedang saat ini untuk sisi R and D atau pengembangannya mereka kebingungan.

"Dulu mereka berharap pada Mitsubishi, tapi ternyata Mitsubishi tidak ngasih teknologinya. Nah sekarang Proton sedang kebingungan mau ngambil teknologi dari mana lagi," jelasnya.

"Jadi jangan mimpi di siang bolong, mending kita jadi negara yang dibutuhkan oleh industri otomotif dengan jalan jadi negara production base atau produsen komponen daripada ngotot membuat mobil nasional," tegasnya.

Anda setuju? ( syu / ddn )


2. Suasana IIMS 2010, Komodo, Merana di Tengah Hiruk Pikuk Pesta IIMS 2010:

http://www.tempointeraktif.com/hg/mo...266366,id.html

TEMPO Interaktif, Bendera merah putih ukuran 30 X 40 centimeter itu masih terikat kuat di sebuah tiang yang mirip antena di bagian belakang mobil off road yang dinamai Komodo itu. Warnanya pun sudah tak secerah kala bendera masih baru. Warna merahnya sedikit kabur termakan cuaca, begitu pun dengan bagian putih.
Berita terkait

“Tapi kami sangat bangga dengan keberadaan bendera itu. Itulah penanda jati diri bahwa ini benar-benar karya anak negeri asli Indonesia,” tutur Ibnu Susilo, Presiden Direktur PT FIN Komodo Teknologi, saat di temui Tempo di koridor Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta, Senin (26/7).

Hanya penempatan mobil karya bangsa Indonesia itu sangat kontras dengan suasana hiruk pikuk pesta pameran otomotif , Indonesia International Motor Show (IIMS) 2010. Letaknya persis di koridor dari pintu masuk utama yang menuju hall C dan tak jauh dari toilet.

“Sebenarnya ada beberapa mobil buatan asli Indonesia yang diundang ke sini dan ditempatkan di di dalam hall C, termasuk kami Fin Komodo. Namun posisinya nyaris tidak terlihat oleh pengunjung,” kata Ibnu.

Memang, kehadiran mereka diundang oleh panitia untuk ikut berpartisipasi dalam perhelatan pameran otomotif itu. Ibnu mengaku kehadiran mereka memang tidak dipungut biaya.

“Tetapi ini sangat ironi dengan apa yang selama ini digembar-gemborkan pemerintah, bahwa kita ingin membangun industri dalam negeri, dan membangun kemandirian bangsa. Ini sekaligus membuktikan betapa minimnya keberpihakan pemerintah terhadap karya anak negeri,” papar Giri Ramanda, Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumatera Selatan kepada Tempo.

Giri yang sengaja mampir ke arena IIMS 2010 itu, mengaku terkejut dengan keberadaan mobil asli buatan anak negeri yang berada di luar ruangan. Awalnya, ia menyangka mobil tersebut adalah mobil untuk penujang kegiatan panitia. Namun saat mendekat dan mengetahui bahwa itu adalah mobil nasional asli Indonesia, barulah ia mahfum.

“Setahu saya, di negara manapun saat ada pameran otomotif, produk asli dalam negeri selalu di tempatkan di lokasi yang strategis. Ini bukan persoalan membayar sewa atau tidak, tetapi persoalan komitmen dan keberpihakan terhadap industri bangsanya sendiri,” tegas Giri.

Seorang pengunjung lain, yang tak disebut namanya berpendapat senada. Menurut pria yang berprofesi sebagai pengajar fakultas ekonomi di sebuah perguruan tinggi ternama di kawasan Depok, Jawa Barat itu fakta itu merupakan bukti nyata paradigma kebijakan ekonomi yang berpihak ke pasar.

“Jadi bukan hanya isapan jempol semata, kalau orang menyebut kebijakan ekonomi pemerintah sekarang adalah ekonomi hanya pemburu rente. Tak peduli bangsanya hanya jadi kuli yang penting investasi masuk, ekonomi seolah tumbuh,” papar dia.

Ia menyebut, seharusnya pemerintah justeru menempatkan karya bangsa Indonesia ini di tempat yang strategis. Meski masih dalam rupa seperti apa produk itu, namun keberadaannya haruslah menjadi kebanggan.

Lebih dari itu, kata dia, industri itu harus didukung agar berkembang. Apalagi saat ini Indonesia hanya menjadi pasar produk luar negeri. “Mereka mempekerjakan orang Indonesia sebagai buruh, keuntungan ditransfer ke negaranya dan pembentukan modal di dalam negeri tidak terjadi. Hasilnya, selamanya Indonesia hanya jadi bangsa kuli dan konsumtif,” tegasnya.

Sejatinya, bila diamati mobil Komodo yang oleh pemiliknya disebut sebagai Off Road Utility Car tidak kalah dengan mobil serupa keluaran luar negeri. Selain cocok untuk patroli di hutan, Komodo juga sangat cocok untuk misi penjelajah atau survey. “Komponennya 90 persen asli Indonesia. Bila mobil ini diproduksi secara massal, kami perkirakan akan melibatkan 120 perusahaan kecil menengah pemasok komponen,” aku Ibnu Susilo.

Mobil bermesin 250 cc empat langkah itu, mampu mengahsilkan tenaga hingga 16,7 daya kuda pada 7.500 rpm, dan torsi 17,6 Newton meter pada 5.500 rpm. Kendati bermesin kecil, Komodo mampu melesat hingga 60 kilometer per jam.

“Konsumsi bahan bakarnya juga cukup irit, satu liter untuk jarak 20 kilometer,” klaim Ibnu.

Komodo juga mampu Komodo mengangkut beban hingga 250 kilogram. PT Fin Komodo selaku produsen menyematkan fitur self recovery yang memungkinkan Komodo untuk tidak terbalik kala melibas lintasan dengan gundukan atau tanjakan tinggi. "Jadi sampai saat ini belum ada yang bisa menggulingkan," ungkap Ibnu

Selain itu tingkat kestabilan mobil ini cukup tinggi, bahkan di saat melibas medan offroad yang sangat ekstrem sekalipun. Bahkan saat melahap tanjakan setinggi satu meter. Hal itu berkat penggunaan peranti suspensi fully independent double wishbone dengan per keong pada roda belakang maupun depan. Sistem pengereman menggunakan sistem hidrolik cakram.

Komodo dirancang sendiri oleh Ibnu Susilo. Pria kelahiran lamongan Jawa Timur 29 Mei 1961 itu, sebelumnya pernah membidani lahirnya pesawat terbang N-250 Gatotkaca yang diproduksi oleh Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Pria lulusan Teknik Mesin Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya itu pernah menjabat head design engineer saat mengerjakan proyek mobil nasional Maleo.

Kini, Ibnu dan istrinya tengah menunggui prototipe Komodo di koridor JIExpo sembari ditemani hembusan angin kering Jakarta yang cukup menyengat kulit. Namun, mereka merasa terhibur karena tak sedikit pengunjung yang menghampirinya dan menanyakan Komodo.

“Alhamdulillah itu suatu rahmat tersendiri bagi kami, karena dengan begitu kami bisa melakukan edukasi kepada masyarakat, bahwa negerinya juga mampu membuat mobil,” imbuh Ibnu. (ARIF ARIANTO)


Nah, poin 1 itu adalah psiwar yang dilontarkan oleh Ketua Penyelenggara pameran sebelum even IIMS2010 digelar, dan poin 2 adalah kejadian pada waktu pameran IIMS 2010.

Perlu diketahui, even IIMS itu penyelenggaranya adalah Gaikindo dibawah pimpinan Joni Darmawan, dan Pelaksananya adalah Dyandra Promosindo, emang sih mereka kasih gratis space utk Asianusa (walau ditempatkan di antara spareparts, seperti juga yangbterjadi di IIMS tahun yang lalu), terus sebelum pameran digelar mereka melecehkan produk asianusa kalau test drive, ati2 ban bisa copot.

Nah, kalao di even pameran IIMS2011 sekarang ini Asianusa tetap ikut pameran, apa yang akan terjadi di IIMS tahun depan ? Kan tidak mungkin Asianusa protes kepada Penyelenggara atas statemen candaan JD yang dilontarkan sebelum pameran, tetapi Asianusa tetap ikut berkiprah pada pameran ... Pasti sindiran nya akan tambah besar lagi nantinya ...  :) 

Asianusa mundur bukan karena ngambeg atau takut , bahkan sebelumya (17/6) Asianusa sudah mengikuti Technical Meeting, namun kami berubah pikiran setelah ada statemen candan ketua penyelanggara yg di dpn wartawan tsb (22/6) dalam acara press conference 2 yang tidak dihadiri oleh Asianusa karena pada waktu itu Asianusa sedang pameran dan presentasi di Plasa kementrian Perindustrian.

Kami melihat dari sisi lain ...

JD sebagai ketua panitya di forum resmi seperti press conference, seharusnya mempromosikan seluruh peserta pameran, apalagi utk mobnas Asia Nusa yg pameran di negeri sendiri, tapi sebaliknya malah membuat black campaign.., jadi itu sdh menyiratkan bahwa dominasi tim JD yg menolak keberadaan mobnas masih kuat di IIMS. Kalau sdh begini pra kondisi yg diciptakan, maka tidak ada gunanya kita promosi di even pameran mereka (IIMS).

Sebenarnya tdk semua orang2 di Astra atau Gaikindo yg spt JD, masih banyak sekali yg nasionalis dan mendukung mobnas Asianusa, sehingga rugi kalau kita patah semangat thd JD dan timnya, yg memang JD dari semula bersikukuh dengan teorinya bahwa indonesia tidak akan bisa buat mobil!.. (baca: Mobnas, Mimpi di Siang Bolong). 

Karena itu, Asianusa bersikap tegas sebagai Bangsa Indonesia akan menjunjung Harga Diri Bangsa kita, serta produk-produk kita semua. 

Salam ASIANUSA !
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Dewa Yuniardi - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan